Sabtu, 16 Februari 2013

ISLAM dan IMAN APA BEDANYA?

Pertanyaan : Apa definisi Iman itu dan apa perbedaannya antara Iman dan Islam ? Jawab : Islam dalam pengertiannya secara umum adalah menghamba (beribadah) kepada Allah dengan cara menjalankan ibadah-ibadah yang disyari'atkan-Nya sebagaimana yang dibawa oleh para utusan-Nya sejak para rasul itu diutus hingga hari kiamat. Ini mencakup apa yang dibawa oleh Nuh 'Alaihis sallam berupa hidayah dan kebenaran, juga yang dibawa oleh Musa 'Alaihis sallam, yang dibawa oleh Isa 'Alaihis sallam dan juga mencakup apa yang dibawa oleh Ibrahim 'Alaihis sallam, Imamul hunafa' (pimpinan orang-orang yang lurus), sebagaimana diterangkan oleh Allah dalam berbagai ayat-Nya yang menunjukkan bahwa syari'at-syari'at terdahulu seluruhnya adalah Islam kepada Allah 'Azza wa Jalla. Sedangkan Islam dalam pengertiannya secara khusus setelah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah ajaran yang dibawa oleh beliau. Karena ajaran beliau menasakh (menghapus) seluruh ajaran yang sebelumnya, maka orang yang mengikutinya menjadi seorang muslim dan orang yang menyelisihinya bukan muslim karena ia tidak menyerahkan diri kepada Allah, akan tetapi kepada hawa nafsunya. Orang-orang Yahudi adalah orang-orang muslim pada zamannya Nabi Musa 'Alaihis sallam, demikian juga orang-orang Nashrani adalah orang-orang muslim pada zamannya Nabi Isa 'Alaihis sallam. Namun ketika telah diutus Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian ia mengkufurinya, maka mereka bukan jadi orang muslim lagi. Oleh karena itu tidak dibenarkan seseorang berkeyakinan bahwa agama yang dipeluk oleh orang-orang Yahudi dan Nashrani sekarang ini sebagai agama yang benar dan diterima di sisi Allah sebagaimana Dienul Islam. Bahkan orang yang berkeyakinan seperti itu berarti telah kafir dan keluar dari dienul Islam, sebab Allah Ta'ala berfirman. "Artinya : Sesungguhnya Dien yang diterima di sisi Allah hanyalah Islam". (Ali-Imran : 19) "Artinya : Barangsiapa mencari suatu dien selain Islam, maka tidak akan diterima (dien itu) daripadanya". (Ali-Imran : 85) Islam yang dimaksudkan adalah Islam yang dianugrahkan oleh Allah kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan umatnya. Allah berfirman. "Artinya : Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepada nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu". (Al-Maidah : 3) Ini adalah nash yang amat jelas yang menunjukkan bahwa selain umat ini, setelah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, bukan pemeluk Islam. Oleh karena itu, agama yang mereka anut tidak akan diterima oleh Allah dan tidak akan memberi manfaat pada hari kiamat. Kita tidak boleh menilainya sebagai agama yang lurus. Salah besar orang yang menilai Yahudi dan Nashrani sebagai saudara, atau bahwa agama mereka pada hari ini sama pula seperti yang dianut oleh para pendahulu mereka. Jika kita katakan bahwa Islam berarti menghamba diri kepada Allah Ta'ala dengan menjalankan syari'at-Nya, maka dalam artian ini termasuk pula pasrah atau tunduk kepada-Nya secara zhahir maupun batin. Maka ia mencakup seluruh aspek ; aqidah, amalan maupun perkataan. Namun jika kata Islam itu disandingkan dengan Iman, maka Islam berarti amal-amal perbuatan yang zhahir berupa ucapan-ucapan lisan maupun perbuatan anggota badan. Sedangkan Iman adalah amalan batiniah yang berupa aqidah dan amal-amalan hati. Perbedaan istilah ini bisa kita lihat dalam firman Allah Ta'ala. "Artinya : Orang-orang Arab Badui itu berkata : 'Kami telah beriman'. Katakanlah (kepada mereka) : 'Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, 'kami telah tunduk, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu". (Al-Hujurat : 14) Mengenai kisah Nabi Luth, Allah Ta'ala berfirman. "Artinya : Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang-orang yang berserah diri". (Adz-Dzariyat : 35-36) Di sini terlihat perbedaan antara mukmin dan muslim. Rumah yang berada di negeri itu zhahirnya adalah rumah yang Islami, namun ternyata di dalamnya terdapat istri Luth yang menghianatinya dengan kekufurannya. Adapun siapa saja yang keluar dari negeri itu dan selamat, maka mereka itulah kaum beriman yang hakiki, karena keimanan telah benar-benar masuk ke dalam hati mereka. Perbedaan istilah ini juga bisa kita lihat lebih jelas lagi dalam hadits Umar bin Khattab Radhiyallahu 'anhu, bahwa Jibril pernah bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai Islam dan Iman. Maka beliau menjawab : "Islam adalah engkau bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan berhaji ke Baitullah". Mengenai Iman beliau menjawab : "Engkau beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Utusan-utusan-Nya, hari AKhir, serta beriman dengan qadar yang baik dan yang buruk". Walhasil, pengertian Islam secara mutlak adalah mencakup seluruh aspek agama termasuk Iman. Namun jika istilah Islam itu disandingkan dengan Iman, maka Islam ditafsirkan dengan amalan-amalan yang zhahir yang berupa perkataan lisan dan perbuatan anggota badan. Sedangkan Iman ditafsirkan dengan amalan-amalan batiniah berupa i'tiqad-i'tiqad dan amalan hati.

LARANGAN BANYAK BERSUMPAH

Firman Allah Ta'ala (artinya): "Dan jagalah sumpahmu..." (Al-Maidah: 89) Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu menuturkan: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sumpah itu dapat melariskan barang dagangan, tetapi menghapuskan berkah usaha." (HR Al-Bukhari dan Muslim) Diriwayatkan dari Salman Radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tiga orang, yang mereka itu tidak diajak bicara dan tidak disucikan oleh Allah (pada hari kiamat) dan mereka menerima adzab yang pedih, yaitu: orang yang sudah beruban (tua) yang melakukan zina, orang melarat yang congkak, dan orang yang menjadikan Allah sebagai barang dagangannya, ia tidak membeli dan tidak pula menjual kecuali dengan bersumpah." (HR Ath-Thabarani dengan sanad shahih) Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari 'Imran bin Hushain Radhiyallahu 'anhu, ia menuturkan: "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sebaik-baik umatku adalah mereka yang hidup pada masaku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya lagi." – Kata 'Imran: "Aku tak ingat lagi, apakah beliau menyebutkan setelah masa beliau itu dua atau tiga kali." – "Kemudian akan ada sesudah kamu sekalian orang-orang yang memberikan kesaksian tanpa dimintai kesaksian mereka, mereka berkhianat dan tidak dapat dipercaya, mereka bernadzar tetapi tidak memenuhi nadzarnya, dan tampak pada tubuh mereka kegemukan." Diriwayatkan pula dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari 'Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sebaik-baik manusia ini adalah mereka yang pada masaku, kemudian yang berikutnya, kemudian yang berikutnya lagi, selanjutnya akan datang orang-orang dimana ada diantara mereka kesaksiannya mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului kesaksiannya." Ibrahim (An-Nakha'i) berkata: "Mereka (para orang tua) dahulu memukuli kami karena kesaksian atau sumpah (yang kami berikan) ketika kami masih kecil." Kandungan tulisan ini: Diwasiatkan oleh Allah supaya menjaga sumpah. Diberitahukan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bahwa sumpah dapat melariskan barang dagangan, tetapi menghapuskan berkah dalam usaha. Ancaman berat bagi orang yang selalu bersumpah, baik ketika menjual maupun membeli. Perlu diingat bahwa dosa dapat menjadi besar bila faktor yang mendorong untuk melakukannya kecil. Seperti orang yang sudah beruban (tua) yang berzina atau orang melarat yang congkak, semestinya mereka tidak melakukan perbuatan dosa ini, karena faktor yang mendorong mereka untuk berbuat demikian adalah lemah atau kecil. Terlarang dan tercela orang yang bersumpah tanpa diminta. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menyanjung ketiga atau keempat generasi (sebagaimana tersebut dalam hadits) dan memberitakan apa yang akan terjadi selanjutnya. Terlarang dan tercela orang yang memberikan kesaksian tanpa diminta. Para Salaf memukul anak-anak kecil karena memberikan kesaksian atau menyatakan sumpah. Hal tersebut dilakukan para Salaf untuk mendidik anak-anak agar tidak gampang bersaksi atau menyatakan sumpah, yang akhirnya akan menjadi suatu kebiasaan; kalau sudah menjadi kebiasaan, dengan ringan ia akan bersaksi atau bersumpah sampai pun dalam masalah yang tidak patut baginya untuk bersumpah. Dan banyak bersumpah dilarang, karena perbuatan ini menunjukkan suatu sikap meremehkan dan tidak mengagungkan nama Allah. Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.

DUKUN,TUKANG RAMAL dan SEJENISNYA

Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya, meriwayatkan dari salah seorang isteri Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda: "Barangsiapa mendatangi tukang ramal lalu menanyakan kepadanya tentang sesuatu perkara dan dia mempercayainya, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari." Abu Dawud meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa mendatangi seorang dukun dan mempercayai apa yang dikatakannya, maka sesungguhnya dia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam." Dan diriwayatkan oleh keempat periwayat (Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa'i dan Ibnu Majah) dan Al-Hakim dengan menyatakan: "Hadits ini shahih menurut kriteria Al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa mendatangi tukang ramal atau dukun, lalu mempercayai apa yang diucapkannya, maka sesungguhnya dia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam." Abu Ya'la pun meriwayatkan hadits mauquf dari Ibnu Mas'ud seperti tersebut di atas, dengan sanad jayyid. Al-Bazzar dengan isnad jayyid meriwayatkan hadits marfu' dari Imran bin Hushain: "Tidak termasuk golongan kami orang yang melakukan atau meminta tathayyur, meramal atau meminta diramalkan, menyihir atau minta disihirkan; dan barangsiapa mendatangi tukang ramal lalu mempercayai apa yang diucapkannya, maka sesungguhnya dia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam." Hadits ini diriwayatkan pula oleh At-Thabrani dalam Al-Mu'jam al-Ausath dengan isnad hasan dari Ibnu 'Abbas tanpa menyebutkan kalimat: "Dan barangsiapa mendatangi ...;" dan seterusnya. Al-Baghawi (Abu Muhammad: Al-Husein bin Mas'ud bin Muhammad Al-Farra'; atau Ibn Al-Farra' Al-Baghawi. Digelari Muhyis-Sunnah, kitab-kitab yang disusunnya a.l.: Syarh As-Sunnah, Al-Jami' baina Ash-Shahihain. Lahir th. 436H (1044 M) dan meninggal th. 510 H (1117 M) berkata: "Al-'Arraf (orang pintar) ialah orang yang mengaku tahu dengan menggunakan isyarat-isyarat untuk menunjukkan barang curian atau tempat barang hilang atau semacamnya. Ada pula yang mengatakan: Dia adalah kahin (dukun), padahal kahin adalah orang yang memberitahukan tentang perkara-perkara yang akan terjadi di masa mendatang. Adapula yang mengatakan: Yaitu orang yang memberitahu apa yang tersimpan dalam hati seseorang." Menurut Abu Al-'Abbas Ibnu Taimiyah: "Al-'Arraf adalah sebutan untuk tukang ramal, tukang nujum, peramal nasib dan yang sebangsanya, yang menyatakan tahu tentang perkara-perkara (yang tidak diketahui oleh orang lain) dengan cara-cara tersebut." Ibnu 'Abbas, terhadap orang-orang yang menulis huruf-huruf: " " untuk mencari pelamat rahasia huruf dan memperhatikan bintang-bintang (untuk ramalan), mengatakan: "Aku tak tahu bahwa orang yang mempraktekkan hal itu akan memperoleh suatu bagian keuntungan di hadapan Allah." Kandungan tulisan ini: Tidak dapat bertemu dalam diri seorang mukmin antara iman kepada Al-Qur'an dengan percaya kepada tukang ramal, dukun dan sejenisnya. Dinyatakan bahwa mempercayainya adalah kufur. Ancaman bagi orang yang meminta diramalkan. Ancaman bagi orang yang meminta tathayyur. Ancaman bagi orang yang meminta disihirkan. Ancaman bagi orang yang menulis huruf-huruf " " (untuk mencari pelamat rahasianya). Perbedaan antara kahin dan 'arraf (bahwa kahin (dukun) ialah orang yang memberitahukan tentang perkara-perkara yang akan terjadi di masa mendatang yang diperolehnya dari syaitan penyadap berita di langit). Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.

BENTUK BENTUK PENYAKIT HATI

Dua Bentuk Penyakit Hati: Penyakit hati itu ada dua macam: Penyakit syahwat dan penyakit syubhat. Keduanya tersebut dalam Al-Qur'an. Allah berfirman, artinya: "Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara (melembut-lembutkan bicara) sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya. " (Al-Ahzab:32) Ini yang disebut penyakit syahwat. Allah juga berfirman, artinya: "Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya..." (Al-Baqarah : 10) Allah juga berfirman, artinya: "Dan adapun orang yang didalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada)." (At-Taubah : 125) Penyakit di sini adalah penyakit syubhat. Penyakit ini lebih parah daripada penyakit syahwat. Karena penyakit syahwat masih bisa diharapkan sembuh, bila syahwatnya sudah terlampiaskan. Sedangkan penyakit syubhat, tidak akan dapat sembuh, kalau Allah tidak menanggulanginya dengan limpahan rahmat-Nya. Seringkali penyakit hati bertambah parah, namun pemiliknya tak juga menyadari. Karena ia tak sempat bahkan enggan mengetahui cara penyembuhan dan sebab-sebab (munculnya) penyakit tersebut. Bahkan terkadang hatinya sudah mati, pemiliknya belum juga sadar kalau sudah mati. Sebagai buktinya, ia sama sekali tidak merasa sakit akibat luka-luka dari berbagai perbuatan buruk. Ia juga tak merasa disusahkan dengan ketidak mengertian dirinya terhadap kebenaran, dan keyakinan-keyakinannya yang batil. "Luka, tak akan dapat membuat sakit orang mati." *). Terkadang ia juga merasakan sakitnya. Namun ia tak sanggup mencicipi dan menahan pahitnya obat. Masih bersarangnya penyakit tersebut di hatinya, berpengaruh semakin sulit dirinya menelan obat. Karena obatnya dengan melawan hawa nafsu. Itu hal yang paling berat bagi jiwanya. Namun baginya, tak ada sesuatu yang lebih bermanfaat dari obat itu. Terkadang, ia memaksa dirinya untuk bersabar. Tapi kemudian tekadnya mengendor dan bisa meneruskannya lagi. Itu karena kelemahan ilmu, keyakinan dan ketabahan. Sebagai halnya orang yang memasuki jalan angker yang akhirnya akan membawa dia ke tempat yang aman. Ia sadar, kalau ia bersabar, rasa takut itu sirna dan berganti dengan rasa aman. Ia membutuhkan kesabaran dan keyakinan yang kuat, yang dengan itu ia mampu berjalan. Kalau kesabaran dan keyakinannya mengendor, ia akan balik mundur dan tidak mampu menahan kesulitan. Apalagi kalau tidak ada teman, dan takut sendirian. Menyembuhkan Penyakit Dengan Makanan Bergizi dan Obat: Gejala penyakit hati adalah, ketika ia menghindari makanan-makanan yang bermanfaat bagi hatinya, lalu menggantinya dengan makanan-makanan yang tak sehat bagi hatinya. Berpaling dari obat yang berguna, menggantinya dengan obat yang berbahaya. Sedangkan makanan yang paling berguna bagi hatinya adalah makanan iman. Obat yang paling manjur adalah Al-Qur'an masing-masing memiliki gizi dan obat. Barangsiapa yang mencari kesembuhan (penyakit hati) selain dari Al-kitab dan As-sunnah, maka ia adalah orang yang paling bodoh dan sesat. Sesungguhnya Allah berfirman: "Katakanlah: "Al-qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al-qur'an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat jauh." (Fushshilat : 44) Al-qur'an adalah obat sempurna untuk segala penyakit tubuh dan hati, segala penyakit dunia dan akherat. Namun tak sembarangan orang mahir menggunakan Al-qur'an sebagai obat. Kalau si sakit mahir menggunakannya sebagai obat, ia letakkan pada bagian yang sakit, dengan penuh pembenaran, keimanan dan penerimaan, disertai dengan keyakinan yang kuat dan memenuhi syarat-syaratnya. Tak akan ada penyakit yang membandel. Bagaimana mungkin penyakit itu akan menentang firman Rabb langit dan bumi; yang apabila turun di atas gunung, gunung itu akan hancur, dan bila turun di bumi, bumi itu akan terbelah? Segala penyakit jasmani dan rohani, pasti terdapat dalam Al-qur'an cara memperoleh obatnya, sebab-sebab timbulnya dan cara penanggulangannya. Tentu bagi orang yang diberi kemampuan mamahami kitab-Nya. *) [Penggalan akhir bait sya'ir Al-Mutanabbi, yang mana penggalan awalnya adalah: "Orang yang hina, akan mudah mendapat kehinaan"] Dikutip dari: Abdul Akhir Hammad Alghunaimi, "Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah Dasar-dasar 'Aqidah Menurut Ulama Salaf", penerjemah: Abu Umar Basyir Al-Medani, Pustaka At-Tibyan, buku 2, Cetakan I, 2000, hal 264-266.

Selasa, 12 Februari 2013

10 GANGGUAN MENAKUTKAN DALAM TIDUR

1. Gangguan Mimpi Buruk Orang dengan gangguan mimpi buruk sering terbangun dengan keringat dingin dan kenangan buruk dalam mimpi yang mengerikan. Hal ini juga akan mengganggu kualitas hidupnya. Karena sebagian dari mereka mungkin takut untuk tidur. Stres dan kurang tidur adalah pemicu utama mimpi buruk. Menurut American Sleep Association (ASA) beberapa obat juga dapat memicu mimpi buruk. Pada kasus yang berat, konseling atau obat penenang mungkin diperlukan untuk meredakan kecemasan yang mendasari mimpi buruk. 2. Tidur Sambil Berjalan (Sleepwalking) Sekitar 15 persen orang dewasa kadang-kadang terbangun dan berjalan seenaknya di sekitar rumah masih dalam keadaan tidur. Pada anak-anak, jumlahnya bahkan lebih tinggi. Sleepwalking bisa dipicu oleh stres, tidur tidak nyenyak, dan genetika. Orang yang tidur sambil berjalan dapat melakukan apa saja. Mereka mengerti arah, dapat memindahkan perabot atau membuka pintu. Sebuah studi yang dipublikasikan pada tahun 2003 dalam jurnal Molecular Psychiatry, menemukan bahwa 19 persen orang dewasa yang berjalan dalam tidur terluka saat melakukan serangan malam mereka. Jatuh merupakan bahaya terbesar, jadi jika Anda punya kebiasaan mengigau dan berjalan saat tidur, para ahli menyarankan Anda memindahkan kabel listrik dan jauhkan tempat tidur dari tangga 3. Teror Malam Berteriak, meronta-ronta, panik, dan mondar-mandir adalah gejala orang yang mengalami teror malam. Tidak seperti mimpi buruk yang terjadi selama tidur, teror malam terjadi biasanya terjadi di awal malam. Hal ini biasanya terjadi pada anak-anak. Orang yang mengalami teror malam tiba-tiba akan duduk tegak, mata terbuka, meskipun sebenarnya mereka tak melakukan pandangan. Penyebab pastinya belum diketahui. Tapi demam, tidur tidak teratur dan stres dapat memicu teror malam. Untungnya menurutnya ASA, teror malam akan berkurang seiring usia. 4. Halusinasi Mengantuk Kita biasa melihat hal-hal aneh dalam mimpi. Tapi bagaimana jika kita melihatnya saat sedang tidak bermimpi? Ini disebut dengan hypnagogic hallucination yang terjadi selama transisi dari bangun tidur. Orang yang mengalami hypnagogic hallucination biasanya mendengar suara-suara atau melihat hal-hal aneh di kamar mereka. 5. Sindrom Kepala Meledak (Exploding Head Syndrome) Sindrom kepala meledak tidak benar-benar meledakkan kepala. Gangguan ini terjadi selama tidur nyenyak, ketika orang tiba-tiba bangun dengan terkejut oleh suara keras dan tajam. Tidak ada rasa sakit atau bahaya yang terjadi pada sindrom ini. Penyebab pasti sindrom kepala meledak pun belum diketahui, tapi diyakini hal ini terkait dengan penyakit serius. 6. Kelumpuhan Tidur (Sleep Paralysis) Selama tidur, aktivitas dan otot-otot tubuh menjadi tidak bergerak. Ini kelumpuhan sementara, meskipun kadang-kadang kelumpuhan tetap ada bahkan setelah orang terbangun. Biasanya kelumpuhan tidur diikuti dengan halusinasi. Orang yang mengalami kelumpuhan tidur merasa ditindih dan tercekik. 7. Perilaku gangguan REM (Rapid-Eye-Movement) Gangguan perilaku tidur REM terjadi paling sering pada orang dewasa yang lebih tua, dan dapat merupakan gejala penyakit Parkinson, gangguan neurologis degeneratif. 8. Gangguan tidur yang berhubungan dengan makanan Orang dengan gangguan ini akan makan pada saat malam hari. Biasanya orang yang mengalami ini akan kehilangan sedikit memori di keesokan harinya. Beberapa kasus cukup membahayakan, karena mereka bisa saja menggunakan pisau atau menyalakan kompor. 9. Seksomnia Seksomnia atau atau Sexual Behaviour in Sleep (SBS) adalah kebiasaan seksual yang terjadi ketika seseorang sedang tidur. Seksomnia dapat mengganggu (erangan seksual yang keras), berbahaya (masturbasi merugikan) atau bahkan kriminal (kekerasan seksual atau pemerkosaan). 10. Insomnia Insomnia adalah kesulitan atau ketidakmampuan untuk tidur nyenyak. Hal ini dapat menyebabkan iritasi dan kurangnya konsentrasi pada siang hari, dan jangka panjang kurang tidur dapat benar-benar berbahaya. Kurang tidur telah dikaitkan dengan obesitas, tekanan darah tinggi dan serangan jantung, di antara gejala buruk lainnya.

Senin, 04 Februari 2013

TUJUAN MEMBELANJAKAN HARTA DIJALAN ALLAH


Salah satu amal ibadah yang terpenting yang dapat membersihkan kotoran kebendaan dan keruhanian, dan sebagai latihan bagi ruhani sehingga seseorang dapat mencapai derajat akhlak yang tinggi sehingga Allah akan ridha kepadanya adalah membelanjakan harta di jalan Allah. Allah telah berfirman kepada Nabi saw. agar mengambil zakat dari harta benda orang-orang beriman untuk mem¬bersihkan dan menyucikan harta terse¬but. “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu member¬sihkan dan menyucikan mereka.” (Q.s. at-Taubah: 103). Meskipun demikian, perbuatan membe¬lanjakan harta yang dapat membersihkan dan menyucikan orang-orang adalah jika dilaku¬kan berdasarkan ketentuan yang telah dise¬but¬kan dalam al-Qur’an. Orang-orang berang¬gapan bahwa mereka telah menunaikan tugas mereka ketika mereka memberikan sejumlah uang yang sangat sedikit yang diberikan kepada pengemis, memberikan pakaian bekas kepada orang miskin, atau memberi makan kepada orang yang lapar. Tidak diragukan lagi bahwa perbuatan-perbuatan tersebut merupa¬kan perbuatan yang akan memperoleh pahala dari Allah jika niatnya untuk mencari ridha Allah. Namun sesungguhnya ada batas-batas yang telah ditentukan dalam al-Qur’an. Misal¬nya, Allah memerintahkan manusia agar menginfakkan apa saja yang melebihi keper¬luannya: “Mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah, ‘Yang lebih dari keperluan.’ Demikianlah Allah mene¬rang¬kan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir.” (Q.s. al-Baqarah: 219). Manusia hanya memerlukan sedikit saja untuk memenuhi keperluan hidupnya di dunia. Harta benda yang di luar keperluan seseorang adalah harta yang berlebih. Yang terpenting bukan jumlah yang diberikan, tetapi apakah ia memberikannya dengan ikh¬las atau tidak. Allah mengetahui segala sesu¬atu dan Dia telah memberi hati nurani kepada manusia untuk menetapkan hal-hal yang sesungguhnya tidak diperlukan. Mengin¬fak¬kan harta benda merupakan bentuk ibadah yang mudah bagi orang-orang yang tidak di¬hinggapi ketamakan terhadap dunia dan yang tidak mengejar dunia, tetapi merindu¬kan akhirat. Allah telah memerintahkan kita untuk menginfakkan sebagian dari harta kita untuk menjauhkan cinta dunia. Menginfak¬kan harta benda merupakan sarana untuk mem¬bersihkan diri dari sifat tamak. Tidak diragukan lagi bahwa bentuk ibadah ini sangat penting bagi orang-orang yang ber¬iman dalam kaitannya dengan perhitungan di akhirat. Rasulullah saw. juga bersabda bahwa orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah akan dirahmati Allah: “Dua manusia akan dirahmati: Yang pertama adalah orang yang diberi oleh Allah al-Qur’an dan ia hidup berdasarkan al-Qur’an itu. Ia menganggap halal apa saja yang dihalalkan, dan menganggap haram apa saja yang diharamkan. Yang lain adalah orang yang diberi harta oleh Allah, dan harta itu dibelanjakannya kepada sanak keluarga dan dibelanjakan di jalan Allah.1

RAHASIA ZIKIR

Semua manusia yang hidup di muka bumi mencari jalan untuk memperoleh kebahagia¬an hakiki. Harapan ditumpahkan untuk men¬capai tujuan memperoleh kebaha¬giaan. Seba¬gian orang mencari kebahagiaan melalui gaya hidup yang mewah, sebagian lainnya melalui pekerjaan yang bergengsi, perkawinan yang indah, bedah plastik, dan gelar akademis. Namun, jika tujuan itu telah tercapai, semua kebahagiaan seperti itu hanya¬lah bersifat sementara. Atau sering kali tidak ada kegem¬biraan atau kepuasan sama sekali setelah semuanya itu diperoleh. Bagaimana¬pun, tak seorang pun di muka bumi ini yang akan mencapai kebahagiaan sejati melalui cara-cara tersebut. Terdapat beberapa hal yang meng¬gang¬gu atau membuat bosan orang yang mempercayai bahwa tujuan dalam menca¬pai kebahagiaan hakiki telah tercapai. Kebahagiaan, ketenangan, kesenangan, atau kenyamanan sejati hanya dapat ditemu¬kan dalam mengingat Allah. Allah mence¬ritakan kenyataan ini dalam sebuah ayat sebagai berikut: “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Q.s. ar-Ra‘d: 28). Ini merupakan rahasia yang sangat penting yang diungkapkan Allah dalam al-Qur’an untuk umat manusia. Karena tidak mema¬hami kenyataan ini, banyak orang yang meng-habiskan hidup mereka dalam khayalan bahwa harta benda dunia dapat memberikan kepuasan. Seakan-akan tidak akan pernah mati dan menghadapi hari hisab, mereka dengan tamaknya berusaha keras untuk me¬mi¬liki hal-hal yang bersangkut paut dengan keduniaan. Namun, sesungguhnya ini merupakan kha¬yalan besar. Tidak ada sesuatu pun yang dimi-liki di dunia ini yang dapat memberikan ketenteraman dan kebahagiaan sejati. Hanya orang-orang yang beriman saja, yang dengan ikhlas berbakti kepada Allah, dan orang-orang yang menyadari rahmat, kasih sayang, dan perlindungan Allah atas mereka yang dapat memperoleh perasaan hati yang tenteram. Allah memberikan perasaan tenteram ini ke dalam hati orang yang memperhatikan bukti-bukti ciptaan Allah dan mengingat-Nya setiap saat. Dengan demikian sia-sia saja jika men¬cari kesenangan, ketenteraman, dan kebaha¬giaan melalui asbab yang lain.

DUNIA dan AKHIRAT

Allah Swt membagi kehidupan menjadi dua bagian, yakni kehidupan dunia dan akhirat. Apa yang dilakukan manusia di dunia akan berdampak dalam kehidupan akhirat, enak dan tidaknya kehidupan seseorang di akhirat sangat bergantung pada bagaimana ia menjalani kehidupan di dunia ini. Manakala manusia beriman dan beramal shaleh dalam kehidupan di dunia, iapun akan mendapatkan kenikmatan dalam kehidupan di akhirat. Karena itu, ketika seseorang berorientasi memperoleh kebahagiaan dalam kehidupan di akhirat, maka ia akan menjalani kehidupan di dunia ini dengan sebaik-baiknya sebagaimana yang ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya. Ketika manusia berorientasi kepada kehidupan akhirat, bukan berarti ia tidak boleh menikmati kehidupan di dunia ini, hal ini karena segala hal-hal yang bersifat duniawi sangat disukai oleh manusia, karenanya Islam tidak pernah mengharamkan manusia untuk menikmati kehidupan duniawinya selama tidak melanggar ketentuan Allah Swt, apalagi sampai melupakan Allah Swt sebagai pencipta dan pengatur dalam hidup ini. Manusia memang memandang indah segala hal yang bersifat duniawi dan itu wajar-wajar saja selama ia tidak merngabaikan tempat kembalinya, Allah Swt berfirman yang artinya: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan disisi Allahlah tempat kembali yang baik (syurga).(QS 3:14). HAKIKAT KEINDAHAN Muhammad Ali Ash Shabuny di dalam tafsirnya menyebutkan bahwa para ahli tafsir berbeda pendapat tentang siapa yang menjadikan syahwat itu sebagai sesuatu yang indah. Pendapat pertama mengatakan bahwa yang menjadikan indah adalah syaitan dengan cara membisikkan kepada manusia dan menjadikannya tampak indah dihadapan mereka, lalu mereka condong kepada syahwat itu dan lalai dalam ketaatan kepada Allah Swt, pendapat ini didasari pada firman Allah yang artinya: Dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka (yang salah) lalu menghalangi mereka dari (jalan) Allah, sehingga mereka tidak mendapat petunjuk (QS 27:24). Pendapat kedua mengatakan bahwa Allah-lah yang menjadikan indah terhadap syahwat sebagai ujian dan cobaan untuk menentukan siapa diantara mereka yang baik perbuatannya, hal ini didasari pada firman Allah yang artinya: Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya agar Kami menguji mereka, siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya (QS 18:7). Dua pendapat yang nampak bertolak belakang itu sebenarnya bukan sesuatu yang bertolak belakang. Allah Swt dan Syaitan sama-sama memiliki “kepentingan” dalam kaitan dengan syahwat manusia terhadap hal-hal yang sifatnya duniawi. Allah Swt ingin menguji manusia agar mereka dapat meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah Swt, sedangkan syaitan justeru ingin menjerumuskan manusia ke jalan yang sesat. Oleh karena itu, ketika menafsirkan kalimat: “Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini”, Sayyid Quthb dalam Fi Dzilalil Qur’an mengatakan: Ungkapan kalimat ini tidak memiliki konotasi untuk menganggapnya kotor dan tidak disukai. Tetapi ia hanya semata-mata menunjukkan tabiat dan dorongan-dorongannya, menempatkannya pada tempat tanpa melewati batas serta tidak mengalahkan apa yang lebih mulia dan lebih tinggi dalam kehidupan serta mengajaknya untuk memandang ke ufuk lain setelah menunjukkan vitalnya apa-apa yang diingini itu, dengan tanpa tenggelam dan semata-mata bergelimang di dalamnya. Disinilah keistimewaan Islam dengan memelihara fitrah manusia dan menerima kenyataannya serta berusaha mendidik, merawat dan meninggikannya, bukan membekukan dan mematikannya. Sebagian kalangan sufi menganggap bahwa syahwat merupakan sesuatu yang tercela, karenanya harus dijauhi sehingga mereka cenderung meninggalkan dunia. Padahal bagi seorang muslim, bukan tidak boleh memiliki dan menikmati kehidupan dunia ini, yang penting adalah jangan sampai kehidupan dunia membuat manusia menjadi lupa dan lalai, karena hal itu hanya akan membawa pada kerugian, tidak hanya di dunia ini tapi juga di akhirat nanti. Allah Swt berfirman yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi (QS 63:9). Kita memang harus mengakui bahwa syahwat itu bisa positif tapi bisa juga negatif. Kekhawatiran kita kepada hal-hal yang negatif mestinya tidak sampai kita mengharamkannya, disinilah letak pentingnya keshalehan manusia, karena bila segala kenikmatan duniawi itu ada ditangan orang yang shaleh, maka kenikmatan itu akan memberikan kenikmatan yang lebih besar lagi, ni’mal maalu ash shalih, rajulun shaleh. Sedangkan bila suatu kenikmatan berada di tangan orang yang shaleh, hal itu akan sangat membahayakan, tidak hanya membahayakan dirinya, tapi juga membahayakan orang lain. Kehidupan akhirat memang lebih baik, tapi bukan berarti kehidupan dunia ini jelek dan harus dicampakkan, karenanya di dalam surat Al Imran: 15, Allah Swt mengemukakan bahwa ada yang lebih baik dari kesenangan-kesenangan duniawi, ayat tersebut artinya: Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?”. Untuk orang-orang yang bertaqwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya (QS 3:15). Di samping itu, Allah Swt juga menegaskan tentang tidak haramnya menikmati hal-hal yang bersifat duniawi sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya: Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rizki yang baik?”. Katakanlah: “semuanya itu disediakan bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja ) di akhirat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui (QS 7:32) SIKAP KEPADA DUNIA Dari penjelasan di atas, bisa kita simpulkan bagaimana sikap yang harus kita tunjukkan kepada dunia. Paling tidak, ada sikap positif yang harus kita miliki dalam memandang kehidupan dunia. Pertama, capai segala kenikmatan dunia dengan cara-cara yang baik dan halal, bukan dengan menghalalkan segala cara dalam memperolehnya. Bahkan seandainya untuk mendapatkan kenikmatan itu harus dikejar sampai ke ujung dunia, maka hal itu tidak menjadi masalah, karena Allah Swt memang memerintahkan kepada manusia untuk mencari karunia-Nya, di muka bumi yang amat luas, hal ini terdapat dalam firman-Nya: Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung (QS 62:10). Kedua, gunakan apa-apa yang sudah kita peroleh dengan cara yang baik dan untuk kebaikan, bukan malah untuk hal-hal yang bisa mendatangkan kerusakan, baik kerusakan diri sendiri, orang lain maupun kerusakan lingkungan hidup tempat kita menjalani kehidupan ini, Allah Swt berfirman yang artinya: Dan carilah apa-apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS 28:77). Ketiga, jangan sampai lupa kepada Allah Swt dalam menikmati hal-hal yang bersifat duniawi sehingga menikmatinya tetap dalam kerangka bersyukur dan beribadah kepada Allah Swt, bila itu yang dilakukan, maka kenikmatan duniawi itu akan terasa sedemikian banyak rasa dan manfaatnya meskipun jumlahnya sedikit, Allah Swt berfirman yang artinya: Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih (QS 14:7). Dengan demikian, apapun yang kita raih dan kita nikmati dalam kehidupan di dunia ini, semua adalah dalam kerangka membekali diri kita untuk kembali kepada Allah Swt dengan amal shaleh yang sebanyak-banyak dan ketaqwaan yang setinggi-tingginya. Wallohu a’lam

Jumat, 01 Februari 2013

KEUTAMAAN MENYANTUNI ANAK YATIM

KEUTAMAAN MENYANTUNI ANAK YATIM MUQODIMAH Segala puji bagi Alloh Ta'ala Yang Mengaruniakan rezeki tanpa batas, Yang Maha Pemurah lagi Maha Pemberi. Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wa sallam, kerabat, sahabat, dan pengikutnya yang setia hingga hari kiamat. Saudaraku Muslim ! Alangkah banyaknya duka dan derita yang mengisi kehidupan ini. Ia memang tidak belas kasihan kepada siapapun. Dan tidak ada seorang pun yang bisa meneguk air yang benar-benar jernih dari gelas kehidupan ini. Dalam kehidupan ini, manusia beralih dari keadaan-keadaan bahagia kepada keadaan-keadaan menderita. Tidak ada bedanya, yang masih kecil maupun yang sudah dewasa. Penjara-penjara kehidupan dan beban-beban beratnya berbeda-beda tingkatan. Ada yang kecil dan berlangsung beberapa saat saja, ada pula yang besar, dan berlangsung dalam masa yang panjang. Saudaraku Muslim ! Ini adalah gambaran dari sebagian derita kehidupan itu yang dialami oleh sebagian orang diantara kita, yang kepahitannya mereka rasakan dalam masa yang panjang ! Kepahitan yang dirasakan oleh orang-orang papa dan lemah itu, yang lebih dulu merasakan pahitnya kehidupan sebelum manisnya. Tahukah anda, siapa orang-orang papa itu ? Mereka adalah anak-anak yatim! Mereka adalah anak-anak, yang kehilangan sosok yang mencarikan nafkah bagi mereka sebelum mengerti apa itu nafkah, apa itu pekerjaan. Bahkan mereka adalah anak-anak yang kehilangan sosok yang membimbing mereka, sebelum mengenal apa-apa. Merekalah anak yatim ! Anak yang dikejutkan oleh kematian ayahnya, sebelum merasakan manisnya kasih sayang ayah, sebelum mereka merasakan perlindungan tangan yang perkasa itu ! Saudaraku ! Anda sudah tahu, siapakah anak yatim itu ?! Wahai anda yang memiliki hati yang penyayang ! Tahukah Anda, apa kewajiban kita terhadapnya ? MENYANTUNI ANAK YATIM ADALAH AKHLAK MULIA Saudaraku Muslim ! Islam telah mendorong pemeluknya agar memiliki akhlak mulia. Salah satu akhlak mulia itu adalah menyantuni anak yatim. Sesungguhnya, anak yatim adalah manusia yang paling membutuhkan pertolongan dan kasih sayang. Karena ia adalah anak yang kehilangan ayahnya pada saat ia sangat membutuhkannya. Ia membutuhkan pertolongan dan kasih sayang kita, karena ia tidak mungkin mendapatkan kasih sayang ayahnya yang telah tiada. Jika anda melihat seseorang yang penyayang kepada anak-anak yatim dan menyantuni mereka, maka ketahuilah bahwa ia adalah seorang yang berbudi dan berakhlak mulia. Suatu ketika Saib bin Abdulloh rodhiyallohu 'anhu datang kepada Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam, maka Nabi sholallohu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya : "Wahai Saib, perhatikanlah akhlak yang biasa kamu lakukan ketika kamu masih dalam kejahiliyahan, laksanakan pula ia dalam masa keislaman. Jamulah tamu, muliakanlah anak yatim, dan berbuat baiklah kepada tetangga." [HR.Ahmad dan Abu Dawud, Shohih Abu Dawud, Al-Albani : 4836] Dalam sebuah atsar disebutkan riwayat dari Daud 'alaihissalam, yang berkata : "Bersikaplah kepada anak yatim, seperti seorang bapak yang penyayang." [HR. Bukhori] Saudaraku muslim ! Kasih sayang dan berbuat baik kepada anak yatim, sebagaimana yang telah saya katakan kepada anda, adalah sebagian dari akhlak dan moralitas orang-orang yang mulia. Itu tidak bisa dilakukan kecuali oleh seorang lelaki yang mulia, yang menghimpun banyak budi pekerti mulia, yang mencintai kebajikan. Abdullah bin Umar rodhiyallohu 'anhu tidak pernah memakan makanan kecuali dimeja makannya ada seorang anak yatim yang makan bersamanya. Jadilah orang seperti itu, saudaraku ! Seorang yang penyantun, lemah lembut, dan berupaya berbuat kebaikan kepada anak yatim, mengusap air mata mereka dengan tangan dan harta anda serta memasukkan perasaan gembira ke dalam hati mereka. Ketahuilah, bahwa jika anda mendapat taufiq untuk melaksanakan itu, maka anda benar-benar manusia yang beruntung. Yang berhak mendapat gelar "Seorang yang Berbudi". KEPADA ANDA YANG INGIN MENEMANI NABI DI SURGA Saudaraku muslim ! Masuk surga adalah kesuksesan paling tinggi yang diraih oleh orang-orang yang beriman. Bagaimana pula dengan menemani Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam didalamnya? Itu adalah derajat yang akan diraih oleh orang-orang yang menyantuni anak yatim. Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda : “Aku dan orang-orang yang mengasuh/menyantuni anak yatim di Surga seperti ini", Kemudian beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah seraya sedikit merenggangkannya. [HR. Bukhori]. Imam Ibnu Bathol rohimahulloh berkata : "Orang yang mendengar hadis ini wajib melaksanakannya, agar ia bisa menjadi sahabat Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam di surga. Di akhirat, tidak ada kedudukan yang lebih utama dari itu." Al-Hafizh Ibnu Hajar rohimahulloh berkata : "Isyarat ini cukup untuk menegaskan kedekatan kedudukan pemberi santunan kepada anak yatim dan kedudukan Nabi, karena tidak ada jari yang memisahkan jari telunjuk dengan jari tengah." Saudaraku muslim ! Tahukah anda, apa hasil yang akan diperoleh dengan menyantuni dan mengasihi anak yatim, apa sikap anda, saudaraku, terhadap kebaikan ini ? Jika anda termasuk orang-orang yang mampu, apakah anda pernah berpikir untuk menyantuni seorang anak yatim, sehingga anda bisa menjadi sahabat nabi shollallohu 'alaihi wa sallam di surga. Untuk menyantuni anak yatim anda tidak harus memiliki kekayaan yang melimpah. Melainkan, siapa yang memungut seorang anak yatim, memberinya makanan dengan makanan yang sehari-hari yang dimakannya, memberinya minum dengan minuman yang bisa diminumnya, maka ia akan memperoleh kedudukan tersebut. Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda : "Barang siapa yang mengikutsertakan seorang anak yatim diantara dua orang tua yang muslim, dalam makan dan minumnya, sehingga mencukupinya maka ia pasti masuk surga." [HR. Abu Ya'la dan Thobroni, Shohih At Targhib Al-Albaniy : 2543]. Wahai anda yang ingin memperoleh apa yang bermanfaat bagi dirinya, jika anda mendapat kesempatan untuk menyantuni anak yatim, jangan sekali-kali anda sia-siakan. Jika anda tidak menyukai hal itu dan menyia-nyiakannya, maka pikirkanlah pahala bagi orang yang menyantuni anak yatim. Tidakkah anda ingin menjadi sahabat Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam di sorga ?!. MULIAKANLAH ANAK YATIM, NISCAYA HATIMU MENJADI LUNAK DAN KEBUTUHANMU TERPENUHI Saudaraku muslim ! Jika anda mengeluhkan hati anda yang keras, maka menyantuni anak yatim merupakan sarana yang bisa menjadikan hati lunak. Ia adalah obat yang diwasiatkan oleh Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam yang telah diutus dengan membawa petunjuk dengan kebenaran shollallohu 'alaihi wa sallam. Diriwayatkan oleh Abu Darda' rodhiyallohu 'anhu yang berkata : "Ada seorang laki-laki yang datang kepada nabi shollallohu 'alaihi wa sallam mengeluhkan kekerasan hatinya. Nabipun bertanya : sukakah kamu, jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu terpenuhi ? Kasihilah anak yatim, usaplah mukanya, dan berilah makan dari makananmu, niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu akan terpenuhi." [HR Thobroni, Targhib, Al Albaniy : 254] Saudaraku Muslim ! Sesungguhnya, mengasihi anak yatim merupakan sarana untuk melunakkan hati dan mengupayakan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan. Sebab, orang yang mengasihi anak yatim telah memposisikan diri seperti ayahnya. Seorang ayah, secara naluriyah memiliki karakter sayang dan mengasihi anak-anaknya. Adapun orang yang mengasihi anak yatim memiki satu sifat lain, yaitu mengasihi anak yang bukan anak kandungnya. Barang siapa keadaannya seperti itu maka dihatinya terhimpun sarana-sarana yang bisa melembutkan hatinya, sekalipun sebelumya merupakan hati yang keras. Tidak diragukan lagi ini merupakan obat yang mujarab. Anda tidak akan pernah mendapati orang yang menyantuni anak yatim, kecuali pasti memiliki hati yang pengasih. Kebalikan dari ini, anda tidak akan menjumpai seorangpun yang tidak mengasihi anak yatim, kecuali ia memiliki hati yang keras dan berakhlak buruk. Manfaat lain dari tindakan mengasihi anak yatim yang telah dikabarkan oleh nabi shollallohu 'alaihi wa sallam kepada seorang yang bertanya kepada beliau adalah : bahwa meyantuni anak yatim merupakan sarana terpenuhimya kebutuhan dan terwujudnya apa yang dicari Sesungguhnya, orang yang berbuat kebaikan kepada anak orang lain adalah orang yang telah memasukkan rasa gembira dihati mereka. Tidak diragukan lagi, Alloh pasti tidak akan menyia-nyiakannya, karena Alloh Ta'ala Maha Pengasih dan Mencintai semua orang yang pengasih. Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda : "Orang-orang yang pengasih, akan dikasihi oleh Ar Rohman (Yang Maha Pengasih) Tabaaroka wa ta'ala. Kasihilah siapa yang ada dibumi niscaya engkau dikasihi oleh yang di langit." [HR. Abu dawud, Tirmidzi dan lain-lain. As silsilatu shohihah : 925]. Saudaraku muslim! Kasihilah anak yatim, niscaya Alloh akan memperbaiki urusan dunia dan akhiratmu. BAGAIMANA CARA BERBUAT BAIK KEPADA ANAK YATIM Saudaraku muslim ! Berbuat baik kepada anak yatim, bisa dengan beberapa cara : 1. Memberinya makan dan pakaian, serta menanggung kebutuhan-kebutuhan pokoknya. Di atas telah disampaikan kepada anda keutamaannya. 2. Mengusap kepalanya serta menunjukkan kasih sayang kepadanya. Tindakan ini akan mempunyai pengaruh besar terhadap kejiwaan anak yatim. Ibnu Umar rodhiyallohu 'anhu jika melihat anak yatim, beliau mengusap kepalanya dan memberinya sesuatu. 3. Membiayai sekolahnya, sebagaimana seseoang ingin menyekolahkan anaknya. 4. Mendidiknya dengan ikhlas, sebagaimana keikhlasanya dalam mendidik anak kandungnya sendiri. 5. Jika ia melakukan perbuatan yang mengharuskan di beri hukuman maka bersikap lemah-lembut dalam mendidiknya. 6. Bertakwa kepada Alloh dalam mengelola harta anak yatim, jika anak yatim itu mempunyai harta kekayaan. Jangan sampai hartanya di habiskan karena menginginkan agar anak yatim itu kelak tidak meminta hartanya kembali. Sebaliknya, hartanya harus di jaga, sehinga ketika ia telah dewasa, harta tersebut dikembalikan kepadanya. 7. Mengembangkan harta anak yatim dan bersikap ikhlas di dalamnya, sehingga hartanya tidak habis oleh zakat. Saudaraku Muslim ! Inilah beberapa gambaran tentang cara berbuat baik kepada anak yatim. Berbuat baik kepada anak yatim tidak hanya diperintahkan kepada orang-orang tertentu, akan tetapi setiap muslim diperintahkan untuk itu sebagaimana ia diperintahkan untuk melaksanakan semua amal yang baik dan sholih. Jika Alloh ta'ala mengetahui ketulusan niat seorang hamba, niscaya Dia akan membantunya dalam melaksanakan perbuatan baik. Maka, hendaklah engkau berkeinginan kuat untuk melasanakan amal-amal shalih, walaupun baru sekedar berniat di hati sampai suatu saat Alloh memberikan kesempatan anda untuk melakukan amal solih. Sungguh, tidak ada orang yang lebih lemah daripada orag yang tidak mampu menyelinapkan niat di hatinya untuk melasanakan amal-amal sholih. KEPADA SETIAP MUSLIM Saudaraku Muslim ! Berbuatlah baik kepada anak yatim, selain merupakan akhlak yang mulia yang diserukan oleh Islam, ia juga hanya dilaksanakan oleh orang-orang yang berhati penyayang dan berjiwa bersih. Masyarakat muslim, adalah masyarakat yang diikat oleh ajaran-ajaran mulia yang diserukan oleh Islam. Ia adalah masyarakat yang telah digambarkan oleh Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam dalam penggambaran beliau yang indah, ketika beliau bersabda : "Engkau melihat orang-orang beriman itu dalam hal kasih sayang dan saling mencintai di antara mereka, adalah seperti satu tubuh, jika ada satu organ yang mengeluh (sakit), maka seluruh tubuh akan merasakan sakit dengan tidak tidur dan panas." [HR. Bukhori dan Muslim, redaksi ini terdapat dalam riwayat Bukhori.] Penggambaran ini memberitahukan kepada anda, bagaimana seyogyanya keadaan dalam masyarakat muslim ini. Anak yatim adalah bagian dari masyarakat muslim itu. Ia berhak terhadap apa yang menjadikan hak anggota masyarakat muslim lainnya, dan berkewajiban sebagaimana kewajiban masyarakat anggota muslim lainnya. Seluruh kaum muslimin wajib berbuat baik kepada anak yatim, menyantuninya, dan menggantikan kasih sayang ayahnya, serta memberikan kepadanya apa yang biasa mereka berikan kepada anak-anak dan istri mereka. Saudaraku Muslim ! Tidaklah sulit bagi anda untuk memungut seorang anak yatim, memberi makanan seperti yang biasa anda makan sehari-hari, memberi pakaian seperti pakaian yang biasa anda pakai, dan menjadikannya sebagai salah seorang anak anda. Hendaklah, perbuatan baik anda ini didasarkan niat tulus untuk mencari ridho Alloh Ta'ala. Dengan harapan, anda bisa menjadi salah seorang dari mereka yang digambarkan oleh Alloh Ta'ala dalam firmannya : "Dan merka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhoan Allah,kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya kami takut akan (adzab) Tuhan kami pada suatu hari yang (dihari) orang-orang bermuka masam penuh kesakitan. Maka Alloh memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepda mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutra." [Al-Insan : 8-12] Semoga Alloh memberikan taufiq kepadaku, kepada anda, saudaraku muslim, untuk melakukan amal-amal sholih. Semoga Alloh menolongku, juga anda semua untuk tetap melaksanakan amal-amal sholih itu sampai tiba kematian. Segala puji bagi Allah swt. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada nabi kita, Muhammad shollallohu 'alaihi wa sallam, juga kepada segenap kerabat dan sahabat serta pengikutnya yang setia hingga hari kiamat. [Dinukil oleh Abu Mitfah Al-Pacitany dari buku Al-Ihsan Ilal Yatiim dengan terjemahan Keutamaan Menyantuni Anak Yatim karya Azhari Ahmad Mahmud]