Jumat, 01 Maret 2013

ISTIGHFAR dan SHALAWAT

Istighfar, yang berarti mohon ampunan kepada Allah SWT, merupakan tradisi ritual Islam yang sangat fundamental. Sebab dalam Istighfar itu mengandung beberapa elemen ruhani, sebagaimana banyak dikutip oleh al-Qur'an maupun Sunnah Rasulullah SAW. Masalahnya, mengapa Allah dan Rasul-Nya sangat menganjurkan agar hamba-hamba Allah terus menerus beristighfar dan bershalawat? Apa hubungannya dengan kehidupan sehari-hari, dan keselamatan kehidupan dunia akhirat? Di mana posisi Istighfar, baik secara psikologis maupun secara elementer dalam kosmik ruhani (sufistik) hamba Allah? Inilah yang akan kita kaji bersama sebagai refleksi setiap kita menggerakkan bibir kita dan mendetakkan jantung hati kita. Sejumlah ayat tentang Istighfar atau pertobatan sangat banyak dikutip al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW, misalnya: "Mereka apabila melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, segera ingat akan Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya.(QS. 3:135). "Maka barangsiapa memuji Tuhanmu, dan memohon ampunan kepada-Nya, sungguh Dia Maha penerima Taubat." (QS. 110:3) ".dan orang-orang yang memohon ampun sebelum fajar." (QS. 3:17). "Maha Suci Engkau Wahai Allah, Tuhanku! Dan dengan segala puji bagi-Mu ya Allah Tuhanku, ampunilah aku! Sesungguhnya Engkau Maha Menerima Taubat, lagi Maha Pengasih." (HR. al-Hakim). "Barang siapa memperbanyak istighfar, maka akan diberi kelapangan dalam setiap kesusahan dan jalan keluar dari kesempitan. Dan dianugerahi rezeki dari jalan yang tiada disangka-sangka." (HR. Abu Dawud dan Nasa'i). "Sungguh hatiku didera kerinduan yang sangat dalam, sehingga aku beristighfar seratus kali setiap hari." (HR. Muslim). "Meski dosa-dosamu sebanyak buih lautan, sebanyak butir pasir di padang pasir, sebanyak daun di seluruh pepohonan, atau seluruh bialangan jagad semesta, Allah SWT tetap akan selalu mengampuni, bila engkau mengucapkan doa sebanyak tiga kali sebelum engkau tidur: Astaghfirullahal 'Adzim al-Ladzii Laailaaha Illa Huwal Hayyul Qayyuumu wa Atuubu Ilaih. (Aku memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung, tiada Tuhan selain Dia Yang Maha Hidup dan Memelihara (kehidupan), dan aku bertobat kepada-Nya)." (HR. at-Tirmidzi). Makna Terdalam Masih puluhan ayat dan hadits yang membincangkan keutamaan Istighfar. Dalam ucapan yang sering diwiridkan oleh beliau, antara lain: "Aku Mohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung" Ucapan istiughfar ini saja mengandung beberapa makna yang dalam: Pertama, hamba yang beritighfar mengakui eksistensi kehambaannya di hadapan Allah SWT. Sebab hakikat hamba adalah sosok tak berdaya dan tak berupaya, sekaligus gerak-gerik hamba yang muncul dari hamba itu sendiri tanpa penyertaan Allah, berarti adalah ucapan dan tindakan yang salah dan penuh kealpaan. Kedua, hamba yang beritighfar berarti mengakui tajallinya Allah dalam Asma' Keagungan-Nya. Karena Pengampunan Allah itu sendiri merupakan manifestasi dari Kemahaagungan Allah SWT. Musyahadah hamba kepada Asma' Keagungan-Nya, merupakan prestasi paling elementer dalam memandang, siapa sebenarnya dan apa hakikat hamba Allah itu sendiri. Ketiga, Istighfar berarti kefanaan hamba Allah, lebur dalam eksistensi Keagungan Allah Ta'ala. Orang yang tidak pernah beristighfar tidak pernah mampu memasuki peleburan Ilahiah, yang disebut sebagai maqam fana' dalam tasawuf. Dan Istighfar menghantar "kesirnaan" hamba, sampai pada totalitas yang hakiki, hingga mencapai tahap al-baqa'. Yaitu Penyaksian Keabadian Ilahi dalam Keagungan-Nya. Dengan kata lain, Istighfar berarti kefanaan sifat-sifat tercela hamba, kesirnaan dosa-dosa hamba, kehancuran nafsu-nafsu buruk hamba, menuju kebaqaan sifat-sifat terpuji, menuju nafsu-nafsu muthmainnah, radhiyah dan mardhiyah, hingga nafsu ma'rifah. Keempat, Istighfar berarti memupus sifat-sifat ego hamba. Sebab sehebat apa pun prestasi hamba di bidang materi maupun ruhani, tidak bisa mengklaim bahwa prestasi itu semata sebagai hasil usaha hamba. Sebab tanpa anugerah Allah, usaha mencapai puncak prestasi itu tidak akan pernah terwujud. Karena itu pengakuan total bahwa, nafsu egois itu sebagai pihak yang berperan dalam segala usahanya adalah suatu tindakan dosa. Kelima, Istighfar merupakan tindakan yang sangat dicintai oleh Allah SWT. Mahabbatullah tidak pernah terjadi manakala hamba tidak beristighfar setiap saat. Oleh sebab itu, hamba yang beristighfar menumbuhkan rindu dendam kepada Allah, karena memang cinta-Nya Allah turun kepada hamba-Nya yang beristighfar. Sebagaimana dalam al-Qur'an ditegaskan, "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan orang-orang yang menyucikan diri." Keenam, orang yang beristighfar sangat dicintai oleh Nabi SAW, sebab Istighfar adalah tradisi kecintaan Nabi SAW. Istighfar berkait erat dengan "proses penyucian diri", karenanya Istighfar adalah prasyarat bagi "Tazkiyatun Nafsi". Ketujuh, Istighfar memiliki maqamat dalam kualifikasi ruhani hamba Allah. Maqam pertama, seseorang beristighfar dari segala tindakan dosanya yang dilakukan. Maqam kedua, seseorang beristighfar dari segala kealpaannya sehingga ia tidak lagi melakukan dzikrullah. Maqam ketiga, seseorang beristighfar dari segala hal selain Allah yang memasuki ruang jiwanya. Kedelapan, Istighfar melahirkan perdamaian kemanusiaan, karena dalam Istighfar pun ada macam Istighfar yang bersifat sosial kemanusiaan, yaitu memohonkan ampunan kepada sesama hamba Allah. Istighfar Individu dan Sosial Dalam ritualitas vertikal, seorang hamba tidak hanya meraup kebahagiaan di hadapan Allah, tanpa ia menyertakan sesama umat beriman. Justru kualitas keimanan seseorang sangat berkait erat dengan kepedulian ruhaninya terhadap orang lain. Keteladanan Rasulullah SAW, ketika saat Yaumul Mahsyar memberikan cermin kepada umatnya, bahwa kulitas ruhani Rasulullah SAW, yang melebihi para Nabi dan Rasul, terpantul pada pembelaannya akan nasib umat di hadapan Allah. Suatu sikap yang tidak dimiliki oleh para pemimpin dan para Nabi/Rasul. Sebab ketika para hamba Allah meminta syafa'at kepada para Nabi, mulai Nabi Adam as, hingga Isa al-Masih as, ternyata mereka enggan, disebabkan mereka tidak berdaya, terutama memikirkan nasibnya sendiri-sendiri. Berbeda dengan Nabi Muhammad SAW, yang justru tidak memikirkan nasib dirinya di hadapan Allah, malah yang terucap hanya kalimat: "Umatii.umatii..umatii." (umatku.duh, umatku.umatku.). Justru pembelaan Nabi Muhammad SAW itulah yang memberikan kewenangan padanya, syafa'at besar yang bisa menyelamatkan umat dari siksa Allah SAW. Oleh sebab itu, Islam mengajarkan agar dalam permohonan ampunan, juga menyertakan permohonan ampunan untuk sesama umat. Misalnya, Istighfar yang berbunyi: Astaghfurullahal 'adzim, lii waliwaalidayya, walijami'il huquuqi waajibati 'alayya, walijami'il muslimin wal-muslimaat wal-mu'minin wal mu'minaat al-ahyaa'I minhum wal-amwaat. (Aku mohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung, bagiku dan bagi kedua orang tuaku, dan bagi seluruh orang yang menjadi tanggungan kewajibanku, dan bagi umat muslimin dan muslimat, dan kaum mu'minin dan mu'minat). Dari nilai Istighfar di atas memberikan perspektif luar biasa bagi integrasi dan dinamika sosial secara damai. Hubungan-hubungan sosial akan berlaku dengan penuh kesejatian hati ke hati, karena hubungan yang bersifat emosional negatif dinetralisir oleh istighfar sosial di atas. Makanya, kualitas Istighfar bukan saja ditentukan hubungan yang sangat pribadi dengan Allah, tetapi juga sejauhmana seorang hamba menghayati Istighfar sosialnya. Di Balik Shalawat Nabi SAW Apa hubungan Istighfar dengan Shalawat Nabi SAW? Mengapa dalam praktik sufi, senantiasa ada dzikir Istighfar dan Shalawat Nabi dalam setiap wirid-wiridnya? Hubungan Istighfar dan Shalawat, ibarat dua keping mata uang. Sebab orang yang bershalawat, mengakui dirinya sebagai hamba yang lebur dalam wahana Sunnah Nabi. Leburnya kehambaan itulah yang identik dengan kefanaan hamba ketika beristighfar. Shalawat Nabi, merupakan syari'at sekaligus mengandung hakikat. Disebut syari'at karena Allah SWT, memerintahkan kepada para hamba-Nya yang beriman, agar memohonkan Shalawat dan Salam kepada Nabi. Dalam Firman-Nya: "Sesungguhnya Allah dan para MalaikatNya senantiasa bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang beriman bershalawatlah kepada Nabi dan mohonkan salam baginya." (QS. 33: 56) Beberapa hadits di bawah ini sangat mendukung firman Allah Ta'ala tersebut : Suatu hari Rasulullah SAW, datang dengan wajah tampak berseri-seri, dan bersabda: "Malaikat Jibril datang kepadaku sambil berkata, "Sangat menyenangkan untuk engkau ketahui wahai Muhammad, bahwa untuk satu shalawat dari seseorang umatmu akan kuimbangi dengan sepuluh doa baginya." Dan sepuluh salam bagiku akan kubalas dengan sepuluh salam baginya." (HR. an-Nasa'i) Sabda Rasulullah SAW: "Kalau orang bershalawat kepadaku, maka malaikat juga akan mendoakan keselamatan yang sama baginya, untuk itu hendaknya dilakukan, meski sedikit atau banyak." (HR. Ibnu Majah dan Thabrani) Sabda Nabi SAW, "Manusia yang paling uatama bagiku adalah yang paling banyak shalawatnya." (HR. at-Tirmidzi) Sabdanya, "Paling bakhilnya manusia, ketika ia mendengar namaku disebut, ia tidak mengucapkan shalawat bagiku." (HR. at-Tirmidzi). "Perbanyaklah shalawat bagiku di hari Jum'at" (HR. Abu Dawud). Sabdanya, "Sesungguhnya di bumi ada malaikat yang berkeliling dengan tujuan menyampaikan shalawat umatku kepadaku." (HR. an-Nasa'i) Sabdanya, "Tak seorang pun yang bershalawat kepadaku, melainkan Allah mengembalikan ke ruhku, sehingga aku menjawab salam kepadanya." (HR. Abu Dawud). Tentu, tidak sederhana, menyelami keagungan Shalawat Nabi. Karena setiap kata dan huruf dalam shalawat yang kita ucapkan mengandung atmosfir ruhani yang sangat dahsyat. Kedahsyatan itu, tentu, karena posisi Nabi Muhammad SAW, sebagai hamba Allah, Nabiyullah, Rasulullah, Kekasih Allah dan Cahaya Allah. Dan semesta raya ini diciptakan dari Nur Muhammad, sehingga setiap detak huruf dalam Shalawat pasti mengandung elemen metafisik yang luar biasa. Mengapa kita musti membaca Shalawat dan Salam kepada Nabi, sedangkan Nabi adalah manusia paripurna, sudah diampuni dosa-dosanya yang terdahulu maupun yang akan datang? Beberapa alasan berikut ini sangat mendukung perintah Allah SWT : Nabi Muhammad SAW adalah sentral semesta fisik dan metafisik, karena itu seluruh elemen lahir dan batin makhluk ini merupakan refleksi dari cahayanya yang agung. Bershalawat dan bersalam yang berarti mendoakan beliau, adalah bentuk lain dari proses kita menuju jati diri kehambaan yang hakiki di hadapan Allah, melalui "titik pusat gravitasi" ruhani, yaitu Muhammad Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW, adalah manusia paripurna. Segala doa dan upaya untuk mencintainya, berarti kembali kepada orang yang mendoakan, tanpa reserve. Ibarat gelas yang sudah penuh air, jika kita tuangkan air pada gelas tersebut, pasti tumpah. Tumpahan itulah kembali pada diri kita, tumpahan Rahmat dan Anugerah-Nya melalui gelas piala Kekasih-Nya, Muhammad SAW. Shalawat Nabi mengandung syafa'at dunia dan akhirat. Semata karena filosofi Kecintaan Ilahi kepada Kekasih-Nya itu, meruntuhkan Amarah-Nya. Sebagaimana dalam hadits Qudsi, "Sesungguhnya Rahmat-Ku, mengalahkan Amarah-Ku." Siksaan Allah tidak akan turun pada ahli Shalawat Nabi, karena kandungan kebajikannya yang begitu par-exellent. Shalawat Nabi, menjadi tawashul bagi perjalanan ruhani umat Islam. Getaran bibir dan detak jantung akan senantiasa membubung ke alam Samawat (alam ruhani), ketika nama Muhammad SAW disebutnya. Karena itu, mereka yang hendak menuju kepada Allah (wushul), peran Shalawat sebagai pendampingnya, karena keparipurnaan Nabi itu menjadi jaminan bagi siapa pun yang hendak bertemu dengan Yang Maha Paripurna. Muhammad, sebagai nama dan predikat, bukan sekadar lambang dari sifat-sifat terpuji, tetapi mengandung fakta tersembunyi yang universal, yang ada dalam Jiwa Muhammad SAW. Dan dialah sentral satelit ruhani yang menghubungkan hamba-hamba Allah dengan Allah. Karena sebuah penghargaan Cinta yang agung, tidak akan memiliki nilai Cinta yang hakiki manakala, estetika di balik Cinta itu, hilang begitu saja. Estetika Cinta Ilahi, justru tercermin dalam Keagungan-Nya, dan Keagungan itu ada di balik desah doa yang disampaikan hamba-hamba-Nya buat Kekasih-Nya. Wallahu A'lam. Para sufi memberikan pengajaran sistematis kepada umat melalui Shalawat Nabi itu sendiri. Dan Shalawat Nabi yang berjumlah ratusan macam itu, lebih banyak justru dari ajaran Nabi sendiri. Model Shalawat yang diwiridkan para pengikut tarekat, juga memiliki sanad yang sampai kepada Nabi SAW. Oleh sebab itu, Shalawat adalah cermin Nabi Muhammad SAW yang memantul melalui jutaan bahkan milyaran hamba-hamba Allah bahkan bilyunan para malaikat-Nya.

Sabtu, 16 Februari 2013

ISLAM dan IMAN APA BEDANYA?

Pertanyaan : Apa definisi Iman itu dan apa perbedaannya antara Iman dan Islam ? Jawab : Islam dalam pengertiannya secara umum adalah menghamba (beribadah) kepada Allah dengan cara menjalankan ibadah-ibadah yang disyari'atkan-Nya sebagaimana yang dibawa oleh para utusan-Nya sejak para rasul itu diutus hingga hari kiamat. Ini mencakup apa yang dibawa oleh Nuh 'Alaihis sallam berupa hidayah dan kebenaran, juga yang dibawa oleh Musa 'Alaihis sallam, yang dibawa oleh Isa 'Alaihis sallam dan juga mencakup apa yang dibawa oleh Ibrahim 'Alaihis sallam, Imamul hunafa' (pimpinan orang-orang yang lurus), sebagaimana diterangkan oleh Allah dalam berbagai ayat-Nya yang menunjukkan bahwa syari'at-syari'at terdahulu seluruhnya adalah Islam kepada Allah 'Azza wa Jalla. Sedangkan Islam dalam pengertiannya secara khusus setelah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah ajaran yang dibawa oleh beliau. Karena ajaran beliau menasakh (menghapus) seluruh ajaran yang sebelumnya, maka orang yang mengikutinya menjadi seorang muslim dan orang yang menyelisihinya bukan muslim karena ia tidak menyerahkan diri kepada Allah, akan tetapi kepada hawa nafsunya. Orang-orang Yahudi adalah orang-orang muslim pada zamannya Nabi Musa 'Alaihis sallam, demikian juga orang-orang Nashrani adalah orang-orang muslim pada zamannya Nabi Isa 'Alaihis sallam. Namun ketika telah diutus Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian ia mengkufurinya, maka mereka bukan jadi orang muslim lagi. Oleh karena itu tidak dibenarkan seseorang berkeyakinan bahwa agama yang dipeluk oleh orang-orang Yahudi dan Nashrani sekarang ini sebagai agama yang benar dan diterima di sisi Allah sebagaimana Dienul Islam. Bahkan orang yang berkeyakinan seperti itu berarti telah kafir dan keluar dari dienul Islam, sebab Allah Ta'ala berfirman. "Artinya : Sesungguhnya Dien yang diterima di sisi Allah hanyalah Islam". (Ali-Imran : 19) "Artinya : Barangsiapa mencari suatu dien selain Islam, maka tidak akan diterima (dien itu) daripadanya". (Ali-Imran : 85) Islam yang dimaksudkan adalah Islam yang dianugrahkan oleh Allah kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan umatnya. Allah berfirman. "Artinya : Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepada nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu". (Al-Maidah : 3) Ini adalah nash yang amat jelas yang menunjukkan bahwa selain umat ini, setelah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, bukan pemeluk Islam. Oleh karena itu, agama yang mereka anut tidak akan diterima oleh Allah dan tidak akan memberi manfaat pada hari kiamat. Kita tidak boleh menilainya sebagai agama yang lurus. Salah besar orang yang menilai Yahudi dan Nashrani sebagai saudara, atau bahwa agama mereka pada hari ini sama pula seperti yang dianut oleh para pendahulu mereka. Jika kita katakan bahwa Islam berarti menghamba diri kepada Allah Ta'ala dengan menjalankan syari'at-Nya, maka dalam artian ini termasuk pula pasrah atau tunduk kepada-Nya secara zhahir maupun batin. Maka ia mencakup seluruh aspek ; aqidah, amalan maupun perkataan. Namun jika kata Islam itu disandingkan dengan Iman, maka Islam berarti amal-amal perbuatan yang zhahir berupa ucapan-ucapan lisan maupun perbuatan anggota badan. Sedangkan Iman adalah amalan batiniah yang berupa aqidah dan amal-amalan hati. Perbedaan istilah ini bisa kita lihat dalam firman Allah Ta'ala. "Artinya : Orang-orang Arab Badui itu berkata : 'Kami telah beriman'. Katakanlah (kepada mereka) : 'Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, 'kami telah tunduk, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu". (Al-Hujurat : 14) Mengenai kisah Nabi Luth, Allah Ta'ala berfirman. "Artinya : Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang-orang yang berserah diri". (Adz-Dzariyat : 35-36) Di sini terlihat perbedaan antara mukmin dan muslim. Rumah yang berada di negeri itu zhahirnya adalah rumah yang Islami, namun ternyata di dalamnya terdapat istri Luth yang menghianatinya dengan kekufurannya. Adapun siapa saja yang keluar dari negeri itu dan selamat, maka mereka itulah kaum beriman yang hakiki, karena keimanan telah benar-benar masuk ke dalam hati mereka. Perbedaan istilah ini juga bisa kita lihat lebih jelas lagi dalam hadits Umar bin Khattab Radhiyallahu 'anhu, bahwa Jibril pernah bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai Islam dan Iman. Maka beliau menjawab : "Islam adalah engkau bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan berhaji ke Baitullah". Mengenai Iman beliau menjawab : "Engkau beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Utusan-utusan-Nya, hari AKhir, serta beriman dengan qadar yang baik dan yang buruk". Walhasil, pengertian Islam secara mutlak adalah mencakup seluruh aspek agama termasuk Iman. Namun jika istilah Islam itu disandingkan dengan Iman, maka Islam ditafsirkan dengan amalan-amalan yang zhahir yang berupa perkataan lisan dan perbuatan anggota badan. Sedangkan Iman ditafsirkan dengan amalan-amalan batiniah berupa i'tiqad-i'tiqad dan amalan hati.

LARANGAN BANYAK BERSUMPAH

Firman Allah Ta'ala (artinya): "Dan jagalah sumpahmu..." (Al-Maidah: 89) Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu menuturkan: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sumpah itu dapat melariskan barang dagangan, tetapi menghapuskan berkah usaha." (HR Al-Bukhari dan Muslim) Diriwayatkan dari Salman Radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tiga orang, yang mereka itu tidak diajak bicara dan tidak disucikan oleh Allah (pada hari kiamat) dan mereka menerima adzab yang pedih, yaitu: orang yang sudah beruban (tua) yang melakukan zina, orang melarat yang congkak, dan orang yang menjadikan Allah sebagai barang dagangannya, ia tidak membeli dan tidak pula menjual kecuali dengan bersumpah." (HR Ath-Thabarani dengan sanad shahih) Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari 'Imran bin Hushain Radhiyallahu 'anhu, ia menuturkan: "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sebaik-baik umatku adalah mereka yang hidup pada masaku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya lagi." – Kata 'Imran: "Aku tak ingat lagi, apakah beliau menyebutkan setelah masa beliau itu dua atau tiga kali." – "Kemudian akan ada sesudah kamu sekalian orang-orang yang memberikan kesaksian tanpa dimintai kesaksian mereka, mereka berkhianat dan tidak dapat dipercaya, mereka bernadzar tetapi tidak memenuhi nadzarnya, dan tampak pada tubuh mereka kegemukan." Diriwayatkan pula dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari 'Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sebaik-baik manusia ini adalah mereka yang pada masaku, kemudian yang berikutnya, kemudian yang berikutnya lagi, selanjutnya akan datang orang-orang dimana ada diantara mereka kesaksiannya mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului kesaksiannya." Ibrahim (An-Nakha'i) berkata: "Mereka (para orang tua) dahulu memukuli kami karena kesaksian atau sumpah (yang kami berikan) ketika kami masih kecil." Kandungan tulisan ini: Diwasiatkan oleh Allah supaya menjaga sumpah. Diberitahukan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bahwa sumpah dapat melariskan barang dagangan, tetapi menghapuskan berkah dalam usaha. Ancaman berat bagi orang yang selalu bersumpah, baik ketika menjual maupun membeli. Perlu diingat bahwa dosa dapat menjadi besar bila faktor yang mendorong untuk melakukannya kecil. Seperti orang yang sudah beruban (tua) yang berzina atau orang melarat yang congkak, semestinya mereka tidak melakukan perbuatan dosa ini, karena faktor yang mendorong mereka untuk berbuat demikian adalah lemah atau kecil. Terlarang dan tercela orang yang bersumpah tanpa diminta. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menyanjung ketiga atau keempat generasi (sebagaimana tersebut dalam hadits) dan memberitakan apa yang akan terjadi selanjutnya. Terlarang dan tercela orang yang memberikan kesaksian tanpa diminta. Para Salaf memukul anak-anak kecil karena memberikan kesaksian atau menyatakan sumpah. Hal tersebut dilakukan para Salaf untuk mendidik anak-anak agar tidak gampang bersaksi atau menyatakan sumpah, yang akhirnya akan menjadi suatu kebiasaan; kalau sudah menjadi kebiasaan, dengan ringan ia akan bersaksi atau bersumpah sampai pun dalam masalah yang tidak patut baginya untuk bersumpah. Dan banyak bersumpah dilarang, karena perbuatan ini menunjukkan suatu sikap meremehkan dan tidak mengagungkan nama Allah. Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.

DUKUN,TUKANG RAMAL dan SEJENISNYA

Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya, meriwayatkan dari salah seorang isteri Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda: "Barangsiapa mendatangi tukang ramal lalu menanyakan kepadanya tentang sesuatu perkara dan dia mempercayainya, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari." Abu Dawud meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa mendatangi seorang dukun dan mempercayai apa yang dikatakannya, maka sesungguhnya dia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam." Dan diriwayatkan oleh keempat periwayat (Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa'i dan Ibnu Majah) dan Al-Hakim dengan menyatakan: "Hadits ini shahih menurut kriteria Al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa mendatangi tukang ramal atau dukun, lalu mempercayai apa yang diucapkannya, maka sesungguhnya dia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam." Abu Ya'la pun meriwayatkan hadits mauquf dari Ibnu Mas'ud seperti tersebut di atas, dengan sanad jayyid. Al-Bazzar dengan isnad jayyid meriwayatkan hadits marfu' dari Imran bin Hushain: "Tidak termasuk golongan kami orang yang melakukan atau meminta tathayyur, meramal atau meminta diramalkan, menyihir atau minta disihirkan; dan barangsiapa mendatangi tukang ramal lalu mempercayai apa yang diucapkannya, maka sesungguhnya dia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam." Hadits ini diriwayatkan pula oleh At-Thabrani dalam Al-Mu'jam al-Ausath dengan isnad hasan dari Ibnu 'Abbas tanpa menyebutkan kalimat: "Dan barangsiapa mendatangi ...;" dan seterusnya. Al-Baghawi (Abu Muhammad: Al-Husein bin Mas'ud bin Muhammad Al-Farra'; atau Ibn Al-Farra' Al-Baghawi. Digelari Muhyis-Sunnah, kitab-kitab yang disusunnya a.l.: Syarh As-Sunnah, Al-Jami' baina Ash-Shahihain. Lahir th. 436H (1044 M) dan meninggal th. 510 H (1117 M) berkata: "Al-'Arraf (orang pintar) ialah orang yang mengaku tahu dengan menggunakan isyarat-isyarat untuk menunjukkan barang curian atau tempat barang hilang atau semacamnya. Ada pula yang mengatakan: Dia adalah kahin (dukun), padahal kahin adalah orang yang memberitahukan tentang perkara-perkara yang akan terjadi di masa mendatang. Adapula yang mengatakan: Yaitu orang yang memberitahu apa yang tersimpan dalam hati seseorang." Menurut Abu Al-'Abbas Ibnu Taimiyah: "Al-'Arraf adalah sebutan untuk tukang ramal, tukang nujum, peramal nasib dan yang sebangsanya, yang menyatakan tahu tentang perkara-perkara (yang tidak diketahui oleh orang lain) dengan cara-cara tersebut." Ibnu 'Abbas, terhadap orang-orang yang menulis huruf-huruf: " " untuk mencari pelamat rahasia huruf dan memperhatikan bintang-bintang (untuk ramalan), mengatakan: "Aku tak tahu bahwa orang yang mempraktekkan hal itu akan memperoleh suatu bagian keuntungan di hadapan Allah." Kandungan tulisan ini: Tidak dapat bertemu dalam diri seorang mukmin antara iman kepada Al-Qur'an dengan percaya kepada tukang ramal, dukun dan sejenisnya. Dinyatakan bahwa mempercayainya adalah kufur. Ancaman bagi orang yang meminta diramalkan. Ancaman bagi orang yang meminta tathayyur. Ancaman bagi orang yang meminta disihirkan. Ancaman bagi orang yang menulis huruf-huruf " " (untuk mencari pelamat rahasianya). Perbedaan antara kahin dan 'arraf (bahwa kahin (dukun) ialah orang yang memberitahukan tentang perkara-perkara yang akan terjadi di masa mendatang yang diperolehnya dari syaitan penyadap berita di langit). Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.

BENTUK BENTUK PENYAKIT HATI

Dua Bentuk Penyakit Hati: Penyakit hati itu ada dua macam: Penyakit syahwat dan penyakit syubhat. Keduanya tersebut dalam Al-Qur'an. Allah berfirman, artinya: "Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara (melembut-lembutkan bicara) sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya. " (Al-Ahzab:32) Ini yang disebut penyakit syahwat. Allah juga berfirman, artinya: "Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya..." (Al-Baqarah : 10) Allah juga berfirman, artinya: "Dan adapun orang yang didalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada)." (At-Taubah : 125) Penyakit di sini adalah penyakit syubhat. Penyakit ini lebih parah daripada penyakit syahwat. Karena penyakit syahwat masih bisa diharapkan sembuh, bila syahwatnya sudah terlampiaskan. Sedangkan penyakit syubhat, tidak akan dapat sembuh, kalau Allah tidak menanggulanginya dengan limpahan rahmat-Nya. Seringkali penyakit hati bertambah parah, namun pemiliknya tak juga menyadari. Karena ia tak sempat bahkan enggan mengetahui cara penyembuhan dan sebab-sebab (munculnya) penyakit tersebut. Bahkan terkadang hatinya sudah mati, pemiliknya belum juga sadar kalau sudah mati. Sebagai buktinya, ia sama sekali tidak merasa sakit akibat luka-luka dari berbagai perbuatan buruk. Ia juga tak merasa disusahkan dengan ketidak mengertian dirinya terhadap kebenaran, dan keyakinan-keyakinannya yang batil. "Luka, tak akan dapat membuat sakit orang mati." *). Terkadang ia juga merasakan sakitnya. Namun ia tak sanggup mencicipi dan menahan pahitnya obat. Masih bersarangnya penyakit tersebut di hatinya, berpengaruh semakin sulit dirinya menelan obat. Karena obatnya dengan melawan hawa nafsu. Itu hal yang paling berat bagi jiwanya. Namun baginya, tak ada sesuatu yang lebih bermanfaat dari obat itu. Terkadang, ia memaksa dirinya untuk bersabar. Tapi kemudian tekadnya mengendor dan bisa meneruskannya lagi. Itu karena kelemahan ilmu, keyakinan dan ketabahan. Sebagai halnya orang yang memasuki jalan angker yang akhirnya akan membawa dia ke tempat yang aman. Ia sadar, kalau ia bersabar, rasa takut itu sirna dan berganti dengan rasa aman. Ia membutuhkan kesabaran dan keyakinan yang kuat, yang dengan itu ia mampu berjalan. Kalau kesabaran dan keyakinannya mengendor, ia akan balik mundur dan tidak mampu menahan kesulitan. Apalagi kalau tidak ada teman, dan takut sendirian. Menyembuhkan Penyakit Dengan Makanan Bergizi dan Obat: Gejala penyakit hati adalah, ketika ia menghindari makanan-makanan yang bermanfaat bagi hatinya, lalu menggantinya dengan makanan-makanan yang tak sehat bagi hatinya. Berpaling dari obat yang berguna, menggantinya dengan obat yang berbahaya. Sedangkan makanan yang paling berguna bagi hatinya adalah makanan iman. Obat yang paling manjur adalah Al-Qur'an masing-masing memiliki gizi dan obat. Barangsiapa yang mencari kesembuhan (penyakit hati) selain dari Al-kitab dan As-sunnah, maka ia adalah orang yang paling bodoh dan sesat. Sesungguhnya Allah berfirman: "Katakanlah: "Al-qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al-qur'an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat jauh." (Fushshilat : 44) Al-qur'an adalah obat sempurna untuk segala penyakit tubuh dan hati, segala penyakit dunia dan akherat. Namun tak sembarangan orang mahir menggunakan Al-qur'an sebagai obat. Kalau si sakit mahir menggunakannya sebagai obat, ia letakkan pada bagian yang sakit, dengan penuh pembenaran, keimanan dan penerimaan, disertai dengan keyakinan yang kuat dan memenuhi syarat-syaratnya. Tak akan ada penyakit yang membandel. Bagaimana mungkin penyakit itu akan menentang firman Rabb langit dan bumi; yang apabila turun di atas gunung, gunung itu akan hancur, dan bila turun di bumi, bumi itu akan terbelah? Segala penyakit jasmani dan rohani, pasti terdapat dalam Al-qur'an cara memperoleh obatnya, sebab-sebab timbulnya dan cara penanggulangannya. Tentu bagi orang yang diberi kemampuan mamahami kitab-Nya. *) [Penggalan akhir bait sya'ir Al-Mutanabbi, yang mana penggalan awalnya adalah: "Orang yang hina, akan mudah mendapat kehinaan"] Dikutip dari: Abdul Akhir Hammad Alghunaimi, "Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah Dasar-dasar 'Aqidah Menurut Ulama Salaf", penerjemah: Abu Umar Basyir Al-Medani, Pustaka At-Tibyan, buku 2, Cetakan I, 2000, hal 264-266.

Selasa, 12 Februari 2013

10 GANGGUAN MENAKUTKAN DALAM TIDUR

1. Gangguan Mimpi Buruk Orang dengan gangguan mimpi buruk sering terbangun dengan keringat dingin dan kenangan buruk dalam mimpi yang mengerikan. Hal ini juga akan mengganggu kualitas hidupnya. Karena sebagian dari mereka mungkin takut untuk tidur. Stres dan kurang tidur adalah pemicu utama mimpi buruk. Menurut American Sleep Association (ASA) beberapa obat juga dapat memicu mimpi buruk. Pada kasus yang berat, konseling atau obat penenang mungkin diperlukan untuk meredakan kecemasan yang mendasari mimpi buruk. 2. Tidur Sambil Berjalan (Sleepwalking) Sekitar 15 persen orang dewasa kadang-kadang terbangun dan berjalan seenaknya di sekitar rumah masih dalam keadaan tidur. Pada anak-anak, jumlahnya bahkan lebih tinggi. Sleepwalking bisa dipicu oleh stres, tidur tidak nyenyak, dan genetika. Orang yang tidur sambil berjalan dapat melakukan apa saja. Mereka mengerti arah, dapat memindahkan perabot atau membuka pintu. Sebuah studi yang dipublikasikan pada tahun 2003 dalam jurnal Molecular Psychiatry, menemukan bahwa 19 persen orang dewasa yang berjalan dalam tidur terluka saat melakukan serangan malam mereka. Jatuh merupakan bahaya terbesar, jadi jika Anda punya kebiasaan mengigau dan berjalan saat tidur, para ahli menyarankan Anda memindahkan kabel listrik dan jauhkan tempat tidur dari tangga 3. Teror Malam Berteriak, meronta-ronta, panik, dan mondar-mandir adalah gejala orang yang mengalami teror malam. Tidak seperti mimpi buruk yang terjadi selama tidur, teror malam terjadi biasanya terjadi di awal malam. Hal ini biasanya terjadi pada anak-anak. Orang yang mengalami teror malam tiba-tiba akan duduk tegak, mata terbuka, meskipun sebenarnya mereka tak melakukan pandangan. Penyebab pastinya belum diketahui. Tapi demam, tidur tidak teratur dan stres dapat memicu teror malam. Untungnya menurutnya ASA, teror malam akan berkurang seiring usia. 4. Halusinasi Mengantuk Kita biasa melihat hal-hal aneh dalam mimpi. Tapi bagaimana jika kita melihatnya saat sedang tidak bermimpi? Ini disebut dengan hypnagogic hallucination yang terjadi selama transisi dari bangun tidur. Orang yang mengalami hypnagogic hallucination biasanya mendengar suara-suara atau melihat hal-hal aneh di kamar mereka. 5. Sindrom Kepala Meledak (Exploding Head Syndrome) Sindrom kepala meledak tidak benar-benar meledakkan kepala. Gangguan ini terjadi selama tidur nyenyak, ketika orang tiba-tiba bangun dengan terkejut oleh suara keras dan tajam. Tidak ada rasa sakit atau bahaya yang terjadi pada sindrom ini. Penyebab pasti sindrom kepala meledak pun belum diketahui, tapi diyakini hal ini terkait dengan penyakit serius. 6. Kelumpuhan Tidur (Sleep Paralysis) Selama tidur, aktivitas dan otot-otot tubuh menjadi tidak bergerak. Ini kelumpuhan sementara, meskipun kadang-kadang kelumpuhan tetap ada bahkan setelah orang terbangun. Biasanya kelumpuhan tidur diikuti dengan halusinasi. Orang yang mengalami kelumpuhan tidur merasa ditindih dan tercekik. 7. Perilaku gangguan REM (Rapid-Eye-Movement) Gangguan perilaku tidur REM terjadi paling sering pada orang dewasa yang lebih tua, dan dapat merupakan gejala penyakit Parkinson, gangguan neurologis degeneratif. 8. Gangguan tidur yang berhubungan dengan makanan Orang dengan gangguan ini akan makan pada saat malam hari. Biasanya orang yang mengalami ini akan kehilangan sedikit memori di keesokan harinya. Beberapa kasus cukup membahayakan, karena mereka bisa saja menggunakan pisau atau menyalakan kompor. 9. Seksomnia Seksomnia atau atau Sexual Behaviour in Sleep (SBS) adalah kebiasaan seksual yang terjadi ketika seseorang sedang tidur. Seksomnia dapat mengganggu (erangan seksual yang keras), berbahaya (masturbasi merugikan) atau bahkan kriminal (kekerasan seksual atau pemerkosaan). 10. Insomnia Insomnia adalah kesulitan atau ketidakmampuan untuk tidur nyenyak. Hal ini dapat menyebabkan iritasi dan kurangnya konsentrasi pada siang hari, dan jangka panjang kurang tidur dapat benar-benar berbahaya. Kurang tidur telah dikaitkan dengan obesitas, tekanan darah tinggi dan serangan jantung, di antara gejala buruk lainnya.

Senin, 04 Februari 2013

TUJUAN MEMBELANJAKAN HARTA DIJALAN ALLAH


Salah satu amal ibadah yang terpenting yang dapat membersihkan kotoran kebendaan dan keruhanian, dan sebagai latihan bagi ruhani sehingga seseorang dapat mencapai derajat akhlak yang tinggi sehingga Allah akan ridha kepadanya adalah membelanjakan harta di jalan Allah. Allah telah berfirman kepada Nabi saw. agar mengambil zakat dari harta benda orang-orang beriman untuk mem¬bersihkan dan menyucikan harta terse¬but. “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu member¬sihkan dan menyucikan mereka.” (Q.s. at-Taubah: 103). Meskipun demikian, perbuatan membe¬lanjakan harta yang dapat membersihkan dan menyucikan orang-orang adalah jika dilaku¬kan berdasarkan ketentuan yang telah dise¬but¬kan dalam al-Qur’an. Orang-orang berang¬gapan bahwa mereka telah menunaikan tugas mereka ketika mereka memberikan sejumlah uang yang sangat sedikit yang diberikan kepada pengemis, memberikan pakaian bekas kepada orang miskin, atau memberi makan kepada orang yang lapar. Tidak diragukan lagi bahwa perbuatan-perbuatan tersebut merupa¬kan perbuatan yang akan memperoleh pahala dari Allah jika niatnya untuk mencari ridha Allah. Namun sesungguhnya ada batas-batas yang telah ditentukan dalam al-Qur’an. Misal¬nya, Allah memerintahkan manusia agar menginfakkan apa saja yang melebihi keper¬luannya: “Mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah, ‘Yang lebih dari keperluan.’ Demikianlah Allah mene¬rang¬kan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir.” (Q.s. al-Baqarah: 219). Manusia hanya memerlukan sedikit saja untuk memenuhi keperluan hidupnya di dunia. Harta benda yang di luar keperluan seseorang adalah harta yang berlebih. Yang terpenting bukan jumlah yang diberikan, tetapi apakah ia memberikannya dengan ikh¬las atau tidak. Allah mengetahui segala sesu¬atu dan Dia telah memberi hati nurani kepada manusia untuk menetapkan hal-hal yang sesungguhnya tidak diperlukan. Mengin¬fak¬kan harta benda merupakan bentuk ibadah yang mudah bagi orang-orang yang tidak di¬hinggapi ketamakan terhadap dunia dan yang tidak mengejar dunia, tetapi merindu¬kan akhirat. Allah telah memerintahkan kita untuk menginfakkan sebagian dari harta kita untuk menjauhkan cinta dunia. Menginfak¬kan harta benda merupakan sarana untuk mem¬bersihkan diri dari sifat tamak. Tidak diragukan lagi bahwa bentuk ibadah ini sangat penting bagi orang-orang yang ber¬iman dalam kaitannya dengan perhitungan di akhirat. Rasulullah saw. juga bersabda bahwa orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah akan dirahmati Allah: “Dua manusia akan dirahmati: Yang pertama adalah orang yang diberi oleh Allah al-Qur’an dan ia hidup berdasarkan al-Qur’an itu. Ia menganggap halal apa saja yang dihalalkan, dan menganggap haram apa saja yang diharamkan. Yang lain adalah orang yang diberi harta oleh Allah, dan harta itu dibelanjakannya kepada sanak keluarga dan dibelanjakan di jalan Allah.1

RAHASIA ZIKIR

Semua manusia yang hidup di muka bumi mencari jalan untuk memperoleh kebahagia¬an hakiki. Harapan ditumpahkan untuk men¬capai tujuan memperoleh kebaha¬giaan. Seba¬gian orang mencari kebahagiaan melalui gaya hidup yang mewah, sebagian lainnya melalui pekerjaan yang bergengsi, perkawinan yang indah, bedah plastik, dan gelar akademis. Namun, jika tujuan itu telah tercapai, semua kebahagiaan seperti itu hanya¬lah bersifat sementara. Atau sering kali tidak ada kegem¬biraan atau kepuasan sama sekali setelah semuanya itu diperoleh. Bagaimana¬pun, tak seorang pun di muka bumi ini yang akan mencapai kebahagiaan sejati melalui cara-cara tersebut. Terdapat beberapa hal yang meng¬gang¬gu atau membuat bosan orang yang mempercayai bahwa tujuan dalam menca¬pai kebahagiaan hakiki telah tercapai. Kebahagiaan, ketenangan, kesenangan, atau kenyamanan sejati hanya dapat ditemu¬kan dalam mengingat Allah. Allah mence¬ritakan kenyataan ini dalam sebuah ayat sebagai berikut: “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Q.s. ar-Ra‘d: 28). Ini merupakan rahasia yang sangat penting yang diungkapkan Allah dalam al-Qur’an untuk umat manusia. Karena tidak mema¬hami kenyataan ini, banyak orang yang meng-habiskan hidup mereka dalam khayalan bahwa harta benda dunia dapat memberikan kepuasan. Seakan-akan tidak akan pernah mati dan menghadapi hari hisab, mereka dengan tamaknya berusaha keras untuk me¬mi¬liki hal-hal yang bersangkut paut dengan keduniaan. Namun, sesungguhnya ini merupakan kha¬yalan besar. Tidak ada sesuatu pun yang dimi-liki di dunia ini yang dapat memberikan ketenteraman dan kebahagiaan sejati. Hanya orang-orang yang beriman saja, yang dengan ikhlas berbakti kepada Allah, dan orang-orang yang menyadari rahmat, kasih sayang, dan perlindungan Allah atas mereka yang dapat memperoleh perasaan hati yang tenteram. Allah memberikan perasaan tenteram ini ke dalam hati orang yang memperhatikan bukti-bukti ciptaan Allah dan mengingat-Nya setiap saat. Dengan demikian sia-sia saja jika men¬cari kesenangan, ketenteraman, dan kebaha¬giaan melalui asbab yang lain.

DUNIA dan AKHIRAT

Allah Swt membagi kehidupan menjadi dua bagian, yakni kehidupan dunia dan akhirat. Apa yang dilakukan manusia di dunia akan berdampak dalam kehidupan akhirat, enak dan tidaknya kehidupan seseorang di akhirat sangat bergantung pada bagaimana ia menjalani kehidupan di dunia ini. Manakala manusia beriman dan beramal shaleh dalam kehidupan di dunia, iapun akan mendapatkan kenikmatan dalam kehidupan di akhirat. Karena itu, ketika seseorang berorientasi memperoleh kebahagiaan dalam kehidupan di akhirat, maka ia akan menjalani kehidupan di dunia ini dengan sebaik-baiknya sebagaimana yang ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya. Ketika manusia berorientasi kepada kehidupan akhirat, bukan berarti ia tidak boleh menikmati kehidupan di dunia ini, hal ini karena segala hal-hal yang bersifat duniawi sangat disukai oleh manusia, karenanya Islam tidak pernah mengharamkan manusia untuk menikmati kehidupan duniawinya selama tidak melanggar ketentuan Allah Swt, apalagi sampai melupakan Allah Swt sebagai pencipta dan pengatur dalam hidup ini. Manusia memang memandang indah segala hal yang bersifat duniawi dan itu wajar-wajar saja selama ia tidak merngabaikan tempat kembalinya, Allah Swt berfirman yang artinya: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan disisi Allahlah tempat kembali yang baik (syurga).(QS 3:14). HAKIKAT KEINDAHAN Muhammad Ali Ash Shabuny di dalam tafsirnya menyebutkan bahwa para ahli tafsir berbeda pendapat tentang siapa yang menjadikan syahwat itu sebagai sesuatu yang indah. Pendapat pertama mengatakan bahwa yang menjadikan indah adalah syaitan dengan cara membisikkan kepada manusia dan menjadikannya tampak indah dihadapan mereka, lalu mereka condong kepada syahwat itu dan lalai dalam ketaatan kepada Allah Swt, pendapat ini didasari pada firman Allah yang artinya: Dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka (yang salah) lalu menghalangi mereka dari (jalan) Allah, sehingga mereka tidak mendapat petunjuk (QS 27:24). Pendapat kedua mengatakan bahwa Allah-lah yang menjadikan indah terhadap syahwat sebagai ujian dan cobaan untuk menentukan siapa diantara mereka yang baik perbuatannya, hal ini didasari pada firman Allah yang artinya: Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya agar Kami menguji mereka, siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya (QS 18:7). Dua pendapat yang nampak bertolak belakang itu sebenarnya bukan sesuatu yang bertolak belakang. Allah Swt dan Syaitan sama-sama memiliki “kepentingan” dalam kaitan dengan syahwat manusia terhadap hal-hal yang sifatnya duniawi. Allah Swt ingin menguji manusia agar mereka dapat meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah Swt, sedangkan syaitan justeru ingin menjerumuskan manusia ke jalan yang sesat. Oleh karena itu, ketika menafsirkan kalimat: “Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini”, Sayyid Quthb dalam Fi Dzilalil Qur’an mengatakan: Ungkapan kalimat ini tidak memiliki konotasi untuk menganggapnya kotor dan tidak disukai. Tetapi ia hanya semata-mata menunjukkan tabiat dan dorongan-dorongannya, menempatkannya pada tempat tanpa melewati batas serta tidak mengalahkan apa yang lebih mulia dan lebih tinggi dalam kehidupan serta mengajaknya untuk memandang ke ufuk lain setelah menunjukkan vitalnya apa-apa yang diingini itu, dengan tanpa tenggelam dan semata-mata bergelimang di dalamnya. Disinilah keistimewaan Islam dengan memelihara fitrah manusia dan menerima kenyataannya serta berusaha mendidik, merawat dan meninggikannya, bukan membekukan dan mematikannya. Sebagian kalangan sufi menganggap bahwa syahwat merupakan sesuatu yang tercela, karenanya harus dijauhi sehingga mereka cenderung meninggalkan dunia. Padahal bagi seorang muslim, bukan tidak boleh memiliki dan menikmati kehidupan dunia ini, yang penting adalah jangan sampai kehidupan dunia membuat manusia menjadi lupa dan lalai, karena hal itu hanya akan membawa pada kerugian, tidak hanya di dunia ini tapi juga di akhirat nanti. Allah Swt berfirman yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi (QS 63:9). Kita memang harus mengakui bahwa syahwat itu bisa positif tapi bisa juga negatif. Kekhawatiran kita kepada hal-hal yang negatif mestinya tidak sampai kita mengharamkannya, disinilah letak pentingnya keshalehan manusia, karena bila segala kenikmatan duniawi itu ada ditangan orang yang shaleh, maka kenikmatan itu akan memberikan kenikmatan yang lebih besar lagi, ni’mal maalu ash shalih, rajulun shaleh. Sedangkan bila suatu kenikmatan berada di tangan orang yang shaleh, hal itu akan sangat membahayakan, tidak hanya membahayakan dirinya, tapi juga membahayakan orang lain. Kehidupan akhirat memang lebih baik, tapi bukan berarti kehidupan dunia ini jelek dan harus dicampakkan, karenanya di dalam surat Al Imran: 15, Allah Swt mengemukakan bahwa ada yang lebih baik dari kesenangan-kesenangan duniawi, ayat tersebut artinya: Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?”. Untuk orang-orang yang bertaqwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya (QS 3:15). Di samping itu, Allah Swt juga menegaskan tentang tidak haramnya menikmati hal-hal yang bersifat duniawi sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya: Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rizki yang baik?”. Katakanlah: “semuanya itu disediakan bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja ) di akhirat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui (QS 7:32) SIKAP KEPADA DUNIA Dari penjelasan di atas, bisa kita simpulkan bagaimana sikap yang harus kita tunjukkan kepada dunia. Paling tidak, ada sikap positif yang harus kita miliki dalam memandang kehidupan dunia. Pertama, capai segala kenikmatan dunia dengan cara-cara yang baik dan halal, bukan dengan menghalalkan segala cara dalam memperolehnya. Bahkan seandainya untuk mendapatkan kenikmatan itu harus dikejar sampai ke ujung dunia, maka hal itu tidak menjadi masalah, karena Allah Swt memang memerintahkan kepada manusia untuk mencari karunia-Nya, di muka bumi yang amat luas, hal ini terdapat dalam firman-Nya: Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung (QS 62:10). Kedua, gunakan apa-apa yang sudah kita peroleh dengan cara yang baik dan untuk kebaikan, bukan malah untuk hal-hal yang bisa mendatangkan kerusakan, baik kerusakan diri sendiri, orang lain maupun kerusakan lingkungan hidup tempat kita menjalani kehidupan ini, Allah Swt berfirman yang artinya: Dan carilah apa-apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS 28:77). Ketiga, jangan sampai lupa kepada Allah Swt dalam menikmati hal-hal yang bersifat duniawi sehingga menikmatinya tetap dalam kerangka bersyukur dan beribadah kepada Allah Swt, bila itu yang dilakukan, maka kenikmatan duniawi itu akan terasa sedemikian banyak rasa dan manfaatnya meskipun jumlahnya sedikit, Allah Swt berfirman yang artinya: Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih (QS 14:7). Dengan demikian, apapun yang kita raih dan kita nikmati dalam kehidupan di dunia ini, semua adalah dalam kerangka membekali diri kita untuk kembali kepada Allah Swt dengan amal shaleh yang sebanyak-banyak dan ketaqwaan yang setinggi-tingginya. Wallohu a’lam

Jumat, 01 Februari 2013

KEUTAMAAN MENYANTUNI ANAK YATIM

KEUTAMAAN MENYANTUNI ANAK YATIM MUQODIMAH Segala puji bagi Alloh Ta'ala Yang Mengaruniakan rezeki tanpa batas, Yang Maha Pemurah lagi Maha Pemberi. Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wa sallam, kerabat, sahabat, dan pengikutnya yang setia hingga hari kiamat. Saudaraku Muslim ! Alangkah banyaknya duka dan derita yang mengisi kehidupan ini. Ia memang tidak belas kasihan kepada siapapun. Dan tidak ada seorang pun yang bisa meneguk air yang benar-benar jernih dari gelas kehidupan ini. Dalam kehidupan ini, manusia beralih dari keadaan-keadaan bahagia kepada keadaan-keadaan menderita. Tidak ada bedanya, yang masih kecil maupun yang sudah dewasa. Penjara-penjara kehidupan dan beban-beban beratnya berbeda-beda tingkatan. Ada yang kecil dan berlangsung beberapa saat saja, ada pula yang besar, dan berlangsung dalam masa yang panjang. Saudaraku Muslim ! Ini adalah gambaran dari sebagian derita kehidupan itu yang dialami oleh sebagian orang diantara kita, yang kepahitannya mereka rasakan dalam masa yang panjang ! Kepahitan yang dirasakan oleh orang-orang papa dan lemah itu, yang lebih dulu merasakan pahitnya kehidupan sebelum manisnya. Tahukah anda, siapa orang-orang papa itu ? Mereka adalah anak-anak yatim! Mereka adalah anak-anak, yang kehilangan sosok yang mencarikan nafkah bagi mereka sebelum mengerti apa itu nafkah, apa itu pekerjaan. Bahkan mereka adalah anak-anak yang kehilangan sosok yang membimbing mereka, sebelum mengenal apa-apa. Merekalah anak yatim ! Anak yang dikejutkan oleh kematian ayahnya, sebelum merasakan manisnya kasih sayang ayah, sebelum mereka merasakan perlindungan tangan yang perkasa itu ! Saudaraku ! Anda sudah tahu, siapakah anak yatim itu ?! Wahai anda yang memiliki hati yang penyayang ! Tahukah Anda, apa kewajiban kita terhadapnya ? MENYANTUNI ANAK YATIM ADALAH AKHLAK MULIA Saudaraku Muslim ! Islam telah mendorong pemeluknya agar memiliki akhlak mulia. Salah satu akhlak mulia itu adalah menyantuni anak yatim. Sesungguhnya, anak yatim adalah manusia yang paling membutuhkan pertolongan dan kasih sayang. Karena ia adalah anak yang kehilangan ayahnya pada saat ia sangat membutuhkannya. Ia membutuhkan pertolongan dan kasih sayang kita, karena ia tidak mungkin mendapatkan kasih sayang ayahnya yang telah tiada. Jika anda melihat seseorang yang penyayang kepada anak-anak yatim dan menyantuni mereka, maka ketahuilah bahwa ia adalah seorang yang berbudi dan berakhlak mulia. Suatu ketika Saib bin Abdulloh rodhiyallohu 'anhu datang kepada Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam, maka Nabi sholallohu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya : "Wahai Saib, perhatikanlah akhlak yang biasa kamu lakukan ketika kamu masih dalam kejahiliyahan, laksanakan pula ia dalam masa keislaman. Jamulah tamu, muliakanlah anak yatim, dan berbuat baiklah kepada tetangga." [HR.Ahmad dan Abu Dawud, Shohih Abu Dawud, Al-Albani : 4836] Dalam sebuah atsar disebutkan riwayat dari Daud 'alaihissalam, yang berkata : "Bersikaplah kepada anak yatim, seperti seorang bapak yang penyayang." [HR. Bukhori] Saudaraku muslim ! Kasih sayang dan berbuat baik kepada anak yatim, sebagaimana yang telah saya katakan kepada anda, adalah sebagian dari akhlak dan moralitas orang-orang yang mulia. Itu tidak bisa dilakukan kecuali oleh seorang lelaki yang mulia, yang menghimpun banyak budi pekerti mulia, yang mencintai kebajikan. Abdullah bin Umar rodhiyallohu 'anhu tidak pernah memakan makanan kecuali dimeja makannya ada seorang anak yatim yang makan bersamanya. Jadilah orang seperti itu, saudaraku ! Seorang yang penyantun, lemah lembut, dan berupaya berbuat kebaikan kepada anak yatim, mengusap air mata mereka dengan tangan dan harta anda serta memasukkan perasaan gembira ke dalam hati mereka. Ketahuilah, bahwa jika anda mendapat taufiq untuk melaksanakan itu, maka anda benar-benar manusia yang beruntung. Yang berhak mendapat gelar "Seorang yang Berbudi". KEPADA ANDA YANG INGIN MENEMANI NABI DI SURGA Saudaraku muslim ! Masuk surga adalah kesuksesan paling tinggi yang diraih oleh orang-orang yang beriman. Bagaimana pula dengan menemani Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam didalamnya? Itu adalah derajat yang akan diraih oleh orang-orang yang menyantuni anak yatim. Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda : “Aku dan orang-orang yang mengasuh/menyantuni anak yatim di Surga seperti ini", Kemudian beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah seraya sedikit merenggangkannya. [HR. Bukhori]. Imam Ibnu Bathol rohimahulloh berkata : "Orang yang mendengar hadis ini wajib melaksanakannya, agar ia bisa menjadi sahabat Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam di surga. Di akhirat, tidak ada kedudukan yang lebih utama dari itu." Al-Hafizh Ibnu Hajar rohimahulloh berkata : "Isyarat ini cukup untuk menegaskan kedekatan kedudukan pemberi santunan kepada anak yatim dan kedudukan Nabi, karena tidak ada jari yang memisahkan jari telunjuk dengan jari tengah." Saudaraku muslim ! Tahukah anda, apa hasil yang akan diperoleh dengan menyantuni dan mengasihi anak yatim, apa sikap anda, saudaraku, terhadap kebaikan ini ? Jika anda termasuk orang-orang yang mampu, apakah anda pernah berpikir untuk menyantuni seorang anak yatim, sehingga anda bisa menjadi sahabat nabi shollallohu 'alaihi wa sallam di surga. Untuk menyantuni anak yatim anda tidak harus memiliki kekayaan yang melimpah. Melainkan, siapa yang memungut seorang anak yatim, memberinya makanan dengan makanan yang sehari-hari yang dimakannya, memberinya minum dengan minuman yang bisa diminumnya, maka ia akan memperoleh kedudukan tersebut. Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda : "Barang siapa yang mengikutsertakan seorang anak yatim diantara dua orang tua yang muslim, dalam makan dan minumnya, sehingga mencukupinya maka ia pasti masuk surga." [HR. Abu Ya'la dan Thobroni, Shohih At Targhib Al-Albaniy : 2543]. Wahai anda yang ingin memperoleh apa yang bermanfaat bagi dirinya, jika anda mendapat kesempatan untuk menyantuni anak yatim, jangan sekali-kali anda sia-siakan. Jika anda tidak menyukai hal itu dan menyia-nyiakannya, maka pikirkanlah pahala bagi orang yang menyantuni anak yatim. Tidakkah anda ingin menjadi sahabat Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam di sorga ?!. MULIAKANLAH ANAK YATIM, NISCAYA HATIMU MENJADI LUNAK DAN KEBUTUHANMU TERPENUHI Saudaraku muslim ! Jika anda mengeluhkan hati anda yang keras, maka menyantuni anak yatim merupakan sarana yang bisa menjadikan hati lunak. Ia adalah obat yang diwasiatkan oleh Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam yang telah diutus dengan membawa petunjuk dengan kebenaran shollallohu 'alaihi wa sallam. Diriwayatkan oleh Abu Darda' rodhiyallohu 'anhu yang berkata : "Ada seorang laki-laki yang datang kepada nabi shollallohu 'alaihi wa sallam mengeluhkan kekerasan hatinya. Nabipun bertanya : sukakah kamu, jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu terpenuhi ? Kasihilah anak yatim, usaplah mukanya, dan berilah makan dari makananmu, niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu akan terpenuhi." [HR Thobroni, Targhib, Al Albaniy : 254] Saudaraku Muslim ! Sesungguhnya, mengasihi anak yatim merupakan sarana untuk melunakkan hati dan mengupayakan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan. Sebab, orang yang mengasihi anak yatim telah memposisikan diri seperti ayahnya. Seorang ayah, secara naluriyah memiliki karakter sayang dan mengasihi anak-anaknya. Adapun orang yang mengasihi anak yatim memiki satu sifat lain, yaitu mengasihi anak yang bukan anak kandungnya. Barang siapa keadaannya seperti itu maka dihatinya terhimpun sarana-sarana yang bisa melembutkan hatinya, sekalipun sebelumya merupakan hati yang keras. Tidak diragukan lagi ini merupakan obat yang mujarab. Anda tidak akan pernah mendapati orang yang menyantuni anak yatim, kecuali pasti memiliki hati yang pengasih. Kebalikan dari ini, anda tidak akan menjumpai seorangpun yang tidak mengasihi anak yatim, kecuali ia memiliki hati yang keras dan berakhlak buruk. Manfaat lain dari tindakan mengasihi anak yatim yang telah dikabarkan oleh nabi shollallohu 'alaihi wa sallam kepada seorang yang bertanya kepada beliau adalah : bahwa meyantuni anak yatim merupakan sarana terpenuhimya kebutuhan dan terwujudnya apa yang dicari Sesungguhnya, orang yang berbuat kebaikan kepada anak orang lain adalah orang yang telah memasukkan rasa gembira dihati mereka. Tidak diragukan lagi, Alloh pasti tidak akan menyia-nyiakannya, karena Alloh Ta'ala Maha Pengasih dan Mencintai semua orang yang pengasih. Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda : "Orang-orang yang pengasih, akan dikasihi oleh Ar Rohman (Yang Maha Pengasih) Tabaaroka wa ta'ala. Kasihilah siapa yang ada dibumi niscaya engkau dikasihi oleh yang di langit." [HR. Abu dawud, Tirmidzi dan lain-lain. As silsilatu shohihah : 925]. Saudaraku muslim! Kasihilah anak yatim, niscaya Alloh akan memperbaiki urusan dunia dan akhiratmu. BAGAIMANA CARA BERBUAT BAIK KEPADA ANAK YATIM Saudaraku muslim ! Berbuat baik kepada anak yatim, bisa dengan beberapa cara : 1. Memberinya makan dan pakaian, serta menanggung kebutuhan-kebutuhan pokoknya. Di atas telah disampaikan kepada anda keutamaannya. 2. Mengusap kepalanya serta menunjukkan kasih sayang kepadanya. Tindakan ini akan mempunyai pengaruh besar terhadap kejiwaan anak yatim. Ibnu Umar rodhiyallohu 'anhu jika melihat anak yatim, beliau mengusap kepalanya dan memberinya sesuatu. 3. Membiayai sekolahnya, sebagaimana seseoang ingin menyekolahkan anaknya. 4. Mendidiknya dengan ikhlas, sebagaimana keikhlasanya dalam mendidik anak kandungnya sendiri. 5. Jika ia melakukan perbuatan yang mengharuskan di beri hukuman maka bersikap lemah-lembut dalam mendidiknya. 6. Bertakwa kepada Alloh dalam mengelola harta anak yatim, jika anak yatim itu mempunyai harta kekayaan. Jangan sampai hartanya di habiskan karena menginginkan agar anak yatim itu kelak tidak meminta hartanya kembali. Sebaliknya, hartanya harus di jaga, sehinga ketika ia telah dewasa, harta tersebut dikembalikan kepadanya. 7. Mengembangkan harta anak yatim dan bersikap ikhlas di dalamnya, sehingga hartanya tidak habis oleh zakat. Saudaraku Muslim ! Inilah beberapa gambaran tentang cara berbuat baik kepada anak yatim. Berbuat baik kepada anak yatim tidak hanya diperintahkan kepada orang-orang tertentu, akan tetapi setiap muslim diperintahkan untuk itu sebagaimana ia diperintahkan untuk melaksanakan semua amal yang baik dan sholih. Jika Alloh ta'ala mengetahui ketulusan niat seorang hamba, niscaya Dia akan membantunya dalam melaksanakan perbuatan baik. Maka, hendaklah engkau berkeinginan kuat untuk melasanakan amal-amal shalih, walaupun baru sekedar berniat di hati sampai suatu saat Alloh memberikan kesempatan anda untuk melakukan amal solih. Sungguh, tidak ada orang yang lebih lemah daripada orag yang tidak mampu menyelinapkan niat di hatinya untuk melasanakan amal-amal sholih. KEPADA SETIAP MUSLIM Saudaraku Muslim ! Berbuatlah baik kepada anak yatim, selain merupakan akhlak yang mulia yang diserukan oleh Islam, ia juga hanya dilaksanakan oleh orang-orang yang berhati penyayang dan berjiwa bersih. Masyarakat muslim, adalah masyarakat yang diikat oleh ajaran-ajaran mulia yang diserukan oleh Islam. Ia adalah masyarakat yang telah digambarkan oleh Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam dalam penggambaran beliau yang indah, ketika beliau bersabda : "Engkau melihat orang-orang beriman itu dalam hal kasih sayang dan saling mencintai di antara mereka, adalah seperti satu tubuh, jika ada satu organ yang mengeluh (sakit), maka seluruh tubuh akan merasakan sakit dengan tidak tidur dan panas." [HR. Bukhori dan Muslim, redaksi ini terdapat dalam riwayat Bukhori.] Penggambaran ini memberitahukan kepada anda, bagaimana seyogyanya keadaan dalam masyarakat muslim ini. Anak yatim adalah bagian dari masyarakat muslim itu. Ia berhak terhadap apa yang menjadikan hak anggota masyarakat muslim lainnya, dan berkewajiban sebagaimana kewajiban masyarakat anggota muslim lainnya. Seluruh kaum muslimin wajib berbuat baik kepada anak yatim, menyantuninya, dan menggantikan kasih sayang ayahnya, serta memberikan kepadanya apa yang biasa mereka berikan kepada anak-anak dan istri mereka. Saudaraku Muslim ! Tidaklah sulit bagi anda untuk memungut seorang anak yatim, memberi makanan seperti yang biasa anda makan sehari-hari, memberi pakaian seperti pakaian yang biasa anda pakai, dan menjadikannya sebagai salah seorang anak anda. Hendaklah, perbuatan baik anda ini didasarkan niat tulus untuk mencari ridho Alloh Ta'ala. Dengan harapan, anda bisa menjadi salah seorang dari mereka yang digambarkan oleh Alloh Ta'ala dalam firmannya : "Dan merka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhoan Allah,kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya kami takut akan (adzab) Tuhan kami pada suatu hari yang (dihari) orang-orang bermuka masam penuh kesakitan. Maka Alloh memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepda mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutra." [Al-Insan : 8-12] Semoga Alloh memberikan taufiq kepadaku, kepada anda, saudaraku muslim, untuk melakukan amal-amal sholih. Semoga Alloh menolongku, juga anda semua untuk tetap melaksanakan amal-amal sholih itu sampai tiba kematian. Segala puji bagi Allah swt. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada nabi kita, Muhammad shollallohu 'alaihi wa sallam, juga kepada segenap kerabat dan sahabat serta pengikutnya yang setia hingga hari kiamat. [Dinukil oleh Abu Mitfah Al-Pacitany dari buku Al-Ihsan Ilal Yatiim dengan terjemahan Keutamaan Menyantuni Anak Yatim karya Azhari Ahmad Mahmud]

Minggu, 27 Januari 2013

ASTROLOGI dalam PANDANGAN ISLAM


MASALAH AQIDAH DALAM ISLAM


“Motivasi yang menggebu-gebu untuk mengejar tujuan sangat membantu karier atau studi. Kali ini adalah peluang baik untuk memulai obsesi yang terpendam selama ini. Buatlah kesempatan.”

Tunggu dulu! Jangan terburu-buru saudara menyangka saya mengetahui masa depan dan aktivitas saudara terutama bagi saudara yang terlahir pada tanggal 23 Oktober - 21 November atau seringnya orang menyebut saudara berbintang Scorpio. Akan tetapi kalimat di atas adalah secuplik kalimat ramalan astrolog yang kami ambil dari sebuah koran ternama di kota pelajar dalam rubrik perbintangan.

Dilihat dari nama rubriknya, dapat diketahui bahwa dasar pemikiran para astrolog atau yang sejalan pemikirannya dengan mereka adalah letak dan konfigurasi bintang-bintang di langit. Misalnya, bila letak gugusan bintang Bima Sakti di arah A lalu kebetulan ada seorang bayi lahir tepat pada malam ketika bintang itu terbit maka diramalkan bayi itu akan menjadi orang terkenal setelah besar nanti.

Apabila kita perhatikan ramalan di atas, akan terlihat bahwa si peramal mencoba atau seolah-olah mengetahui hal-hal ghaib. Seakan ia mampu membaca dan menentukan nasib seseorang. Dengan dasar ini ia memerintah dan melarang pasiennya untuk berbuat sesuatu. Bahkan ia sering menakut-nakutinya meskipun akhirnya memberi kabar gembira atau hiburan dengan kata-kata manis. Bagi orang yang senang akan rubrik seperti tersebut di atas atau yang suka membaca buku-buku astrologi (ramalan-ramalan bohong) terkadang ramalan itu cocok dengan keadaan yang di alami. Namun yang menjadi permasalahan, darimana pikiran peramal itu mencuat? Bagaimana pandangan Islam terhadap masalah ini?

Sesungguhnya perkara-perkara ghaib hanyalah Allah yang mengetahui. Dan ini adalah hak prerogatif Allah semata, selain makhluk yang Ia beritahukan tentangnya, seperti sebagian Malaikat dan para Rasul sebagai mukjizat. Dalam hal ini, Allah berfirman :

“(Dia adalah Rabb) Yang mengetahui yang ghaib. Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seseorang pun tentang yang ghaib itu kecuali kepada Rasul yang diridlai-Nya. Maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (Malaikat) di muka bumi dan di belakangnya.” (QS. Al Jin : 26-27)

Barangsiapa mengaku mengetahui perkara atau ilmu ghaib selain orang yang dikecualikan sebagaimana ayat di atas, maka ia telah kafir. Baik mengetahuinya dengan perantaraan membaca garis-garis tangan, di dalam gelas, perdukunan, sihir, dan ilmu perbintangan atau selain itu. Yang terakhir ini yang biasa dilakukan oleh paranormal. Bila ada orang sakit bertanya kepadanya tentang sebab sakitnya maka akan dijawab : “Saudara sakit karena perbuatan orang yang tidak suka kepada saudara.” Darimana dia tahu bahwa penyebab sakitnya adalah dari perbuatan seseorang, sementara tidak ada bukti-bukti yang kuat sebagai dasar tuduhannya? Sebenarnya hal ini tidak lain adalah karena bantuan jin dan para syaithan. Mereka menampakkan kepada khalayak dengan cara-cara di atas (melihat letak bintang, misalnya) hanyalah tipuan belaka.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata : “Para dukun dan yang sejenis dengan mereka sebenarnya mempunyai pembantu atau pendamping (qarin) dari kalangan syaithan yang mengabarkan perkara-perkara ghaib yang dicuri dari langit. Kemudian para dukun itu menyampaikan berita tersebut dengan tambahan kedustaan. Di antara mereka ada yang mendatangi syaithan dengan membawa makanan, buah-buahan, dan lain-lain (untuk dipersembahkan) … . Dengan bantuan jin, mereka ada yang dapat terbang ke Makkah atau Baitul Maqdis atau tempat lainnya.” (Kitabut Tauhid, Syaikh Fauzan halaman 25)

Sungguh benar kabar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam mengenai syaithan yang mencuri berita dari langit. Diceritakan dalam sebuah hadits :

Tatkala Allah memutuskan perkara di langit, para Malaikat mengepakkan sayap, mereka merasa tunduk dengan firman-Nya, seolah-olah kepakan sayap itu bunyi gemerincing rantai di atas batu besar. Ketika telah hilang rasa takut, mereka saling bertanya : “Apakah yang dikatakan Rabbmu? Dia berkata tentang kebenaran dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar.” Lalu firman Allah itu didengar oleh pencuri berita langit. Para pencuri berita itu saling memanggul (untuk sampai di langit), lalu melemparkan hasil curiannya itu kepada teman di bawahnya. (HR. Bukhari dari Abi Hurairah radliyallahu 'anhu)

Seorang dukun atau paranormal yang memberitakan perkara-perkara ghaib sebenarnya menerima kabar dari syaithan itu dengan jalan melihat letak bintang untuk menentukan atau mengetahui peristiwa-peristiwa di bumi, seperti letak benda yang hilang, nasib seseorang, perubahan musim, dan lain-lain. Inilah yang biasa disebut ilmu perbintangan atau tanjim. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :

“ … Kemudian melemparkan benda itu kepada orang yang di bawahnya sampai akhirnya kepada dukun atau tukang sihir. Terkadang setan itu terkena panah bintang sebelum menyerahkan berita dan terkadang berhasil. Lalu setan itu menambah berita itu dengan seratus kedustaan.” (HR. Bukhari dari Abi Hurairah radliyallahu 'anhu)

Meskipun demikian, masih banyak orang yang mempercayai dan mau mendatangi peramal atau astrolog atau para dukun, bukan saja dari kalangan orang yang berpendidikan dan ekonomi rendahan bahkan dari orang-orang yang berpendidikan dan berstatus sosial tinggi. Perbuatan orang yang mendatangi atau yang didatangi dalam hal ini para dukun sama-sama mendapatkan dosa dan ancaman keras dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam berupa dosa syirik dan tidak diterima shalatnya selama 40 malam.

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :

“Barangsiapa yang mendatangi dukun dan menanyakan tentang sesuatu lalu membenarkannya, maka tidak diterima shalatnya 40 malam.” (HR. Muslim dari sebagian istri Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam)

Pada kesempatan lain, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam juga mengancam mereka tergolong orang-orang yang ingkar (kufur) dengan apa yang dibawa beliau Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :

“Barangsiapa yang mendatangi dukun (peramal) dan membenarkan apa yang dikatakannya, sungguh ia telah ingkar (kufur) dengan apa yang dibawa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam.” (HR. Abu Dawud)

Ancaman dalam hadits di atas berlaku untuk yang mendatangi dan menanyakan, baik membenarkan atau tidak. (Syaikh Abdurrahman Alu Syaikh 1979)

Tujuan Penciptaan Bintang-Bintang

Alam dan segala isinya diciptakan dengan hikmah karena diciptakan oleh Dzat yang memiliki sifat Maha Memberi Hikmah dan Maha Mengetahui. Dia Maha Mengetahui apa yang di depan dan di balik ciptaan-Nya. Sehingga mustahil Allah mencipta makhluk dengan main-main. Sebab itu, kewajiban atas makhluk-Nya ialah tunduk dan menerima berita, perintah, dan larangan-Nya. Sebagai contoh, yang berhubungan dengan pembahasan kali ini ialah penciptaan bintang-bintang di langit.

Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitakan bahwa penciptaan bintang-bintang itu ialah untuk penerang, hiasan langit, penunjuk jalan, dan pelempar setan yang mencuri wahyu yang sedang diucapkan di hadapan para malaikat. Sebagaimana Dia firmankan :

“Dan sungguh, Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan.” (QS. Al Mulk : 5)

Dalam kitab Shahih Bukhari disebutkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan bintang-bintang itu untuk tujuan sebagai hiasan langit, alat pelempar setan, dan rambu-rambu jalan. Maka barangsiapa mempergunakannya untuk selain tujuan itu, sungguh terjerumus ke dalam kesalahan, kehilangan bagian akhiratnya, dan terbebani dengan satu hal yang tak diketahuinya. (Perkataan dalam kitab Shahih Bukhari di atas adalah ucapan Qatadah rahimahullah)

Hukum Mempelajari Ilmu Falak

Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan hukum mempelajari ilmu perbintangan atau ilmu falak (astrologi). Qatadah rahimahullah (seorang tabi’in) dan Sufyan bin Uyainah (seorang ulama hadits, wafat pada tahun 198 H) mengharamkan secara mutlak mempelajari ilmu falak. Sedangkan Imam Ahmad dan Ishaq rahimahullah memperbolehkan dengan syarat tertentu. Menurut Syaikh Muhammad bin Abdil Aziz As Sulaiman Al Qarawi --yang berusaha mengkompromikan perbedaan pendapat para ulama di atas-- bahwa mempelajarinya adalah :

Pertama, kafir bila meyakini bintang-bintang itu sendiri yang mempengaruhi segala aktivitas makhluk di bumi. Ini yang pertama.

Kedua, mempelajarinya untuk menentukan kejadian-kejadian yang ada, akan tetapi semua itu diyakini karena takdir dan kehendak-Nya. Maka yang kedua ini hukumnya haram.

Ketiga, mempelajarinya untuk mengetahui arah kiblat, penunjuk jalan, waktu, menurut jumhur ulama hal ini diperbolehkan (jaiz).

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa mengaku mengetahui ilmu ghaib menyebabkan pelakunya kafir. Sedangkan mendatangi dukun dan bertanya kepadanya, hukumnya haram, baik ia membenarkan atau tidak. Dan yang disebut dukun sekarang ini banyak julukannya. Kadang ia disebut orang pintar atau paranormal, astrolog, fortuneteller, atau yang lainnya. Walaupun begitu, hakikatnya sama saja. Penggunaan julukan yang berbeda-beda hanyalah sebagai pelaris dagangan saja (atau agar terkesan tidak ketinggalan jaman). Hal ini karena mempelajari ilmu falak yang ditujukan untuk meramal nasib atau mengaku mengetahui ilmu ghaib merupakan tindakan kekufuran. Tujuan penciptaan bintang adalah sebagaimana yang telah diterangkan Allah dan para ulama, bukan untuk mengetahui perkara ghaib seperti yang diyakini oleh sebagian besar astrolog. Ayat yang mengatakan :

“Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka (mendapat petunjuk).” (QS. An Nahl : 16)

Maksudnya, agar manusia mengetahui arah jalan dengan mengetahui letak bintang-bintang, bukan untuk mengetahui perkara ghaib. Banyak hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam yang mengharamkan dan melarang mempelajari ilmu nujum (perbintangan) dengan tujuan yang dilarang syariat, seperti hadits :

“Barangsiapa mempelajari satu cabang dari cabang ilmu nujum (perbintangan) sungguh ia telah mempelajari satu cabang ilmu sihir … .” (HR. Ahmad[1], Abu Dawud, dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas)

Sementara Islam mengharamkan orang yang menyihir atau meminta sihir. Dan mengaku mengetahui ilmu ghaib merupakan perkara yang membatalkan atau menggugurkan tauhid dan keimanan orang karena menandingi Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam sifat Rububiyah. (Kitabut Tauhid, Syaikh Fauzan halaman 25)

Wallahul Musta’an.

[1] Hadits hasan, dihasankan oleh Syaikh Ibnu Alis Sinan dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ nomor 5950 dan dalam Ash Shahihah nomor 793.

(Dinukil dari SALAFY XIX/1418/1997/AQIDAH, ditulis oleh Ustadz Ahmad Hamdani)

DIPOSKAN lagi oleh http://ramaputragalaxy.blogspot.com
   

Jumat, 25 Januari 2013

CARA MEMBUAT RENDANG PADANG


Rendang adalah salah satu masakan dari daerah SUMATERA BARAT yang rasanya sangat digemari banyak orang,bahkan masakan yang satu ini  pun juga terkenal sampai mancanegara. Mau  tahu resepnya?Oke, akan saya kasih resepnya yang berdasarkan pengalaman pribadi saya  
                                     
   .Bahan:     daging yang super 1kg  kira kira 25 potong-30 potong                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                          
                           kelapa 3 buah yang besar dan tua
                         
                            daun jeruk purut 5 lembar,daun salam 3 lembar,serei 1 atau 2 dimemarkan
 Bumbu   :cabe merah1/4 kg
                          bawang merah 8 siung/1/2 ons                                                                                                
                         
                           bawang putih 8 siung

                           laos seukuran 2 empujari orang dewasa

                           jahe seukuran satu empujari orang dewasa

      Cara membuatnya:

  1.   Pertama kita peras kelapa yang sudah diparut dengan satu gelas air saja agar kita dapatkan santan yang kental,kita saring tarok diwajan yang telah disiapkan.kemudian kita peras lagi kelapanya dengan air sebanyak 1 liter,untuk perasan yang ketig kalinya juga kita gunakan air sebanyak    1 liter lagi
  2. Semua bumbu diatas dihaluskan,setelah itu masukkan dalam wajan yang sudah ada santan tadi,masukkan juga daun jeruk serei dan daun salam                                                                                            
  3. Masak santan yang sudah dikasih bumbu-bumbu tadi sambil diaduk-aduk terus agar santannya tidak pecah sampai mengeluarkan minyak.                                                                                                                 
  4. Setelah air santan tadi mengeluarkan minyak atau airnya berkurang 1/4 nya,masukkan daging sapi yang sudah dipotong menurut selera,potongnya jangan terlalu tipis atau terlalu kecil agar nanti tidk hancur.Aduk sekali sekali saja agar dagingnya tidak lengket diwajannya.                                                             
  5. Setelah mengental,kecilkan apinya agar dagingnya empuk,tetap diaduk sesekali sampai warnanya coklat tua.                                                                                                                                           
  6.                                SELAMAT MENCOBA


Rabu, 23 Januari 2013

KASIH SAYANG SEORANG IBU



Saat kau berumur 1 tahun, dia menyuapi dan memandikanmu.
Sebagai balasannya, kau menangis sepanjang malam.

Saat kau berumur 2 tahun, dia mengajarimu bagaimana cara berjalan.
Sebagai balasannya, kau kabur saat dia memanggilmu.

Saat kau berumur 3 tahun, dia memasakkan semua makananmu dengan kasih sayang.
Sebagai balasannya, kau buang piring berisi makanan ke lantai.

Saat kau berumur 4 tahun, dia memberimu pensil berwarna.
Sebagai balasannya, kau coret-coret dinding rumah dan meja makan.

Saat kau berumur 5 tahun, dia membelikanmu pakaian-pakaian yang mahal dan indah.
Sebagai balasannya, kau memakainya untuk bermain di kubangan lumpur dekat rumah.

Saat kau berumur 6 tahun, dia mengantarmu pergi ke sekolah.
Sebagai balasannya, kau berteriak."NGGAK MAU!!"

Saat kau berumur 7 tahun, dia membelikanmu bola.
Sebagai balasannya, kau lemparkan bola ke jendela tetangga.

Saat kau berumur 8 tahun, dia memberimu es krim.
Sebagai balasannya, kau tumpahkan hingga mengotori seluruh bajumu.

Saat kau berumur 9 tahun, dia membayar mahal untuk kursus bahasamu.
Sebagai balasannya, kau sering bolos dan sama sekali tidak pernah berlatih.

Saat kau berumur 10 tahun, dia mengantarmu ke mana saja, dari kolam renang hingga pesta ulang tahun.
Sebagai balasannya, kau melompat keluar mobil tanpa memberi salam.

Saat kau berumur 11 tahun, dia mengantar kau dan teman-temanmu ke bioskop.
Sebagai balasannya, kau minta dia duduk di baris lain.

Saat kau berumur 12 tahun, dia melarangmu untuk melihat acara TV khusus orang dewasa.
Sebagai balasannya, kau tunggu sampai dia di keluar rumah.

Saat kau berumur 13 tahun, dia menyarankanmu untuk memotong rambut, karena sudah waktunya.
Sebagai balasannya, kau katakan dia tidak tahu mode.

Saat kau berumur 14 tahun, dia membayar biaya untuk kempingmu selama sebulan liburan.
Sebagai balasannya, kau tak pernah meneleponnya.

Saat kau berumur 15 tahun, dia pulang kerja ingin memelukmu.
Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu.

Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya.
Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.

Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting.
Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman.

Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA.
Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.

Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama.
Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.

Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, "Dari mana saja seharian ini?"
Sebagai balasannya, kau jawab,"Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!"

Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa depan.
Sebagai balasannya, kau katakan,"Aku tidak ingin seperti Ibu."

Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi.
Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.

Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu.
Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furniture itu.

Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di masa depan.
Sebagai balasannya, kau mengeluh,"Aduuh, bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti itu?"

Saat kau berumur 25 tahun, dia mambantumu membiayai penikahanmu.
Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.

Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana merawat bayimu. Sebagai balasannya, kau katakan padanya,"Bu, sekarang jamannya sudah berbeda!"

Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat.
Sebagai balasannya, kau jawab,"Bu, saya sibuk sekali, nggak ada waktu."

Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu.
Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.

Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang. Dan tiba-tiba kau teringat semua yang belum pernah kau lakukan, karena mereka datang menghantam HATI mu bagaikan palu godam

APAKAH JIN DAN SYETAN ITU BISA MATI


apakah jin dan syetan itu bisa mati?
Dr.'Umar Sulaiman Al-Asyqar menjawab apa yang anda tanyakan tersebut diatas,
dalam kitabnya 'Alam Al-Jinn wa Al-Syayathin, edisi Indonesia Jin, Setan,
dan Iblis Menurut Al-Aur'an dan Sunnah, dan saya akan menyalinkannya secara
ringkas.

DEFINISI JIN
Jin adalah suatu kehidupan yang berbeda dengan kehidupan manusia maupun
malaikat. Ada titik persamaan antara manusia dengan jin, yaitu sama-sama
berakal, dan sama-sama memiliki kemampuan memahami serta kemampuan memilih
jalan yang baik dan buruk. Akan tetapi, jin berbeda dengan manusia dalam
sejumlah hal, dan yang terpenting adalah dalam hal asal penciptaan.

Mereka disebut jin karena mereka tidak terlihat oleh mata,  "Sesungguhnya ia
dan pengikut-pengikutnya dapat melihat kalian padahal kalian tidak dapat
melihat mereka" [Al-A'raf : 27]

ASAL JIN
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjelaskan bahwa jin diciptakan dari api.
Dalam firman-Nya disebutkan. "Kami telah menciptakan jin sebelum Adam dari
api yang sangat panas" [Al-Hijr : 27] dan "Dia menciptakan jin dari nyala
api" [Al-Rahman : 15]

Ibn 'Abbas, Ikrimah, Mujahid, Al-Hasan, dan penafsir lain menafsirkan "nyala
api" ( marij min nar) sebagai nyala yang terpanas. Dalam sebuah riwayat
dikatakan bahwa maksudnya adalah api yang murni dan terbaik [Al-Bidayah wa
Al-Nihayah, 1/59]. Imam Al-Nawawi, dalam kitab Syarh Muslim, mengatakan,
"Al-Marij adalah nyala api yang bercampur dengan api yang hitam".

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Aisyah,
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Malaikat diciptakan dari
cahaya, jin diciptakan dari api, dan Adam Alahis Salam diciptakan dari
tanah, sebagaimana telah dijelaskan kepada kalian".

WAKTU PENCIPTAAN
Kita tidak dapat meragukan lagi bahwa jin diciptakan lebih dahulu dibanding
manusia, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Kami telah menciptakan
manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang
diberi bentuk, dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang
sangat panas" [Al-Hijr : 26-27]

Di dalam ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta'ala menyatakan secara
eksplisit bahwa jin diciptakan sebelum manusia.

KEMATIAN SETAN
Tidak perlu diragukan lagi bahwa golongan jin, termasuk di dalamnya setan,
akan mati. Sebab, mereka semua termasuk ke dalam firman Allah Subhanahu wa
Ta'ala, "Semua yang ada di bumi akan binasa. Dan tetap kekal wajah Tuhanmu
yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. Maka ni'mat Tuhan kamu yang manakah
yang kamu dustakan" [Al-Rahman : 26-28]

Dalam shahih Bukhari disebutkan riwayat dari Ibn Abbas bahwa Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam, pernah berkata, "Aku berlindung kepada
keagungan-Mu, tidak ada tuhan melainkan Engkau yang tidak akan pernah mati,
sedangkan jin dan manusia akan mati".

Sedangkan tentang umur mereka, yang dapat kita ketahui hanyalah yang
diceritakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, tentang iblis, bahwa dia akan
tetap hidup sampai datangnya hari kiamat, "Iblis menjawab, 'Beri tangguhlah
saya sampai waktu mereka dibangkitkan' Allah berfirman : 'Sesungguhnya kamu
termasuk mereka yang diberi tangguh" [Al-A'raf : 14-15].

Adapun selain iblis, yang kita ketahui hanyalah mereka berumur lebih panjang
dibandingkan manusia. Di antara dalil-dalil yang menunjukkan bahwa mereka
akan mati adalah bahwa Khalid bin Walid pernah membunuh setan yang ada di
Al-'Uza (sebuah pohon yang disembah oleh bangsa Arab), dan bahwa salah
seorang sahabat pernah membunuh jin yang berbentuk ular, sebagaimana akan
dijelaskan nanti.

[Jin, setan dan Iblis Menurut Al-Qur'an dan Sunnah, hal.16-18, 33-34
Serambi Ilmu Semesta]
------------------------------------------------------------------------